Ada Dua Jenis Depresi yang Berbeda, Ini Penjelasannya

Ilustrasi Depresi
Foto: Istimewa

Depresi adalah gangguan mood yang mempengaruhi lebih dari 16 juta orang Amerika. Hal ini bisa terjadi pada siapa saja karena kehidupan terkadang memberikan pukulan berat bagi kita; itu menyakitkan dan bisa membuat kewalahan. Dua jenis depresi yang paling umum adalah Gangguan Depresi Besar (MDD) dan Gangguan Depresi Persisten (PDD). Gangguan depresi umumnya terjadi akibat ketidakseimbangan kimiawi di otak sehingga memengaruhi suasana hati seseorang. Biasanya, penurunan kadar neurotransmiter tertentu, seperti serotonin dan norepinefrin, merupakan penyebab fisiologis depresi.

Berikut adalah dua jenis depresi yang berbeda dan bagaimana masing-masing jenis depresi menyerang Anda:

1. Major Depressive Disorder (MDD)

Seseorang juga bisa menjadi depresi karena peristiwa atau perubahan hidup yang penuh tekanan, seperti kematian orang yang dicintai, perceraian atau putusnya hubungan, ketidakpuasan hubungan atau pekerjaan, kehilangan pekerjaan, menghadapi rasa sakit fisik yang kronis atau anak yang sudah dewasa. Peristiwa atau perubahan kehidupan ini, bersama dengan persepsi negatif individu, pemikiran yang merugikan diri sendiri, dan keyakinan yang dapat muncul dari peristiwa tersebut, akan mengubah keseimbangan kimiawi di otak.

Pada tingkat yang lebih rendah, faktor genetik (yaitu riwayat keluarga), juga dapat berkontribusi terhadap depresi. Namun, persepsi negatif seseorang, pemikiran negatif yang meresap, dan keyakinan yang merugikan diri sendiri memiliki dampak terbesar dalam menimbulkan suasana hati yang tertekan. Sayangnya, memiliki persepsi, pemikiran, dan keyakinan negatif yang berkepanjangan akan menempatkan seseorang pada energi negatif, sehingga menciptakan kemampuan mengatasi dan memecahkan masalah yang buruk.

Gejala umum depresi meliputi: Hilangnya kesenangan, Motivasi dan energi dalam sebagian besar atau bahkan semua aktivitas, Tidur berlebihan atau ketidakmampuan untuk tidur (insomnia), Hilangnya nafsu makan (penurunan berat badan) atau meningkatnya keinginan untuk makan (penambahan berat badan), Rendahnya rasa percaya diri. harga diri dan perasaan tidak berharga, Kegelisahan atau kecemasan dan iritasi atau agitasi, Kesulitan dalam fokus, konsentrasi, dan pengambilan keputusan, Menangis tanpa alasan yang jelas dan ekspresi wajah datar atau sedih, Meningkatnya kekhawatiran atau paranoia.

Anda harus mengalami setidaknya 5 gejala ini, setiap hari, selama jangka waktu minimal 2 minggu atau lebih, Depresi yang terjadi karena peristiwa atau perubahan hidup yang penuh tekanan biasanya disebut depresi situasional atau gangguan penyesuaian. Orang tersebut menjadi depresi karena situasi stres yang baru saja terjadi, yang mengharuskan orang tersebut untuk beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan perubahan yang disebabkan oleh peristiwa tertentu. Depresi situasional atau penyesuaian biasanya berumur pendek, mungkin 6 bulan sampai satu tahun. Depresi klinis atau depresi berat lebih parah dan bertahan lama.

2. Persistent Depressive Disorder (PDD)

Sering disebut dengan dysthymia, depresi jenis ini memiliki gejala depresi yang lebih ringan, sehingga depresinya tidak separah depresi berat. Namun, PDD ditandai dengan suasana hati yang tertekan hampir sepanjang waktu setidaknya selama dua tahun. Jenis depresi ini seperti awan gelap kesedihan/ketidakbahagiaan yang menyelimuti seseorang, yang sepertinya tidak pernah hilang. Depresi bisa menjadi lebih atau kurang intens, namun tampaknya depresi itu selalu ada.

Bagaimana Depresi Bisa Menyelinap ke Anda: Terkena peristiwa traumatis atau stres yang mengubah hidup dapat dengan mudah memicu gejala depresi, terutama jika seseorang memiliki keterampilan mengatasi masalah yang buruk dan tidak memiliki sistem pendukung. Sayangnya, depresi, seperti halnya kesehatan mental lainnya, memiliki stigma.

Begitu banyak orang mengembangkan keterampilan defensif untuk menyembunyikan dan menghindari pergumulan dan rasa sakit emosional mereka. Depresi akan muncul jika kita menolak, menghindar, menyangkal, tidak menerima suatu situasi, atau menyalahkan diri sendiri atau orang lain. Perilaku bertahan yang defensif ini adalah cara umum yang dilakukan orang-orang, yang secara tidak sengaja memicu dan memicu depresi.

Populer video

Berita lainnya