Celebrithink.com – Sebagai ibu kota, Jakarta menyimpan segudang histori dan perjalanan berharga, begitu juga dengan cerita kulinernya. Memperingati hari jadi yang ke 494, tak ada salahnya mengenal ragam penganan legendaris yang turut menjadi saksi riwayat perjalanan kota Jakarta. Berikut ulasannya.
Kopi Es Tak Kie (1927)
Didirikan perantau dari Tiongkok bernama Liong Kwie Tjong, Kopi Es Tak Kie merupakan kedai kopi legendaris di Jakarta sejak 1927. Nama Tak Kie sendiri mengandung pesan khusus yang ingin disampaikan pemiliknya. Yaitu agar para penerusnya selalu tampil sederhana dan kerja keras.
Memasuki generasi ketiga, Kopi Es Tak Kie kini telah berkembang menjadi lima cabang. Dengan tetap menjaga cita rasa klasik secara turun-temurun, Kopi Es Tak Kie selalu berusaha beradaptasi dengan perkembangan zaman. Seperti melakukan promosi di media sosial, hingga menyediakan layanan pembayaran digital untuk menjaga eksistensi lintas generasi.
Soto Betawi H. Ma’ruf (1943)
Untuk santap siang, soto betawi bisa menjadi salah satu opsi yang menarik. Sejak tahun 40-an sebelum Indonesia merdeka, Haji Ma’ruf, orang Betawi asli Cikini memilih berjualan soto pikul keliling. Pada tahun 60-an, barulah Haji Ma’ruf mulai mendirikan tenda dan setelahnya restoran di daerah Cikini.
Hadir dengan keunikan, Haji Ma’ruf menambahkan sedikit susu sapi murni untuk membuat kuah sotonya menjadi semakin gurih dan sedikit mengental. Di balik kesederhanaan semangkuk soto Betawi H. Ma’ruf, tersimpan kisah perjalanan kota Jakarta dari tahun 40-an hingga menginjak era digital saat ini.
Mie Gondangdia (1968)
Kalau belum kenyang, wajib mencicipi mie legendaris yang sudah berdiri sejak 1968 ini. Berlokasi di Jalan RP Soeroso No. 36, Cikini, Menteng, Jakarta Pusat, kedai Mie Gondangdia memang cukup unik, pasalnya tidak ada plang atau penanda di depan gerainya. Memasuki generasi ke-4, Mie Gondangdia masih mempertahankan resep dan cita rasa autentiknya.
Tekstur mie yang kenyal dicampur potongan ayam, sawi, jamur, dan bumbu rahasia, menarik perhatian banyak orang untuk mencicipinya. Kendati sudah ada sejak lama, Mie Gondangdia terus beradaptasi sesuai zaman, seperti menghadirkan layanan pembayaran digital ShopeePay di gerainya.
Es Pluit Acen (1985)
Sebagai selingan dan penyegar dahaga, kedai es legendaris yang satu ini tidak boleh dilewatkan. Hadir sejak tahun 1985, Es Pluit Acen menjadi destinasi jajanan favorit warga Jakarta yang menyajikan 24 varian es beserta 30 jenis topping sesuai selera. Di tengah banyaknya varian es saat ini, kesegaran dan cita rasa khas yang ditawarkan Es Pluit Acen tetap memiliki tempat khusus di hati masyarakat.
Sop Buntut Ibu Samino (1973)
Berdiri sejak tahun 1973 di Bendungan Hilir, Sop Buntut Ibu Samino kini telah memiliki total 11 cabang yang tersebar di berbagai wilayah. Para penggemar Sop Buntut Ibu Samino tentunya sudah tak asing dengan beberapa menu andalannya, seperti sop buntut bakar, sop buntut balado, hingga sop buntut goreng. Dengan tetap menjaga rasa dan kesederhanaan gerai, Sop Buntut Ibu Samino turut bertransformasi menyesuaikan diri dengan zaman.
Sate Sambas Udin Kelana (1960-an)
Dari sekian banyak pedagang yang ada di jalan Sambas, gerobak Sate Udin Kelana adalah salah satu penganan ikonik yang sudah ada sejak tahun 1960-an. Sate Sambas Udin Kelana dikenal dengan potongan daging ayamnya yang besar dan empuk, ditambah dengan siraman bumbu kacang kental, irisan cabai serta bawang merah yang berpadu harmonis sehingga membuat para pelanggan setianya tak mau berpindah hati. Sate Udin Kelana juga menyediakan menu unik, yaitu telur ayam muda yang dibakar bersama daging dan kulit ayam yang renyah.