Kini kita akan menjejaki hari sumpah pemuda yang ke-96. Sumpah Pemuda, yang diikrarkan pada 28 Oktober 1928, merupakan tonggak penting dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Deklarasi ini bukan sekadar seremonial, melainkan suatu komitmen yang mendalam untuk bersatu dalam keragaman.
Dilansir dari berbagai sumber penetapan Sumpah Pemuda dilalui dengan proses yang cukup panjang dengan melibatkan peran para pemuda dari komunitas pelajar di Indonesia. Mereka menyatukan berbagai organisasi kepemudaan dalam rapat pertemuan Kongres Pemuda I dan Kongres Pemuda II yang akhirnya melahirkan azas Sumpah Pemuda dan wajib diterapkan dalam kehidupan kebangsaan Indonesia
Menjelang 2045, pentingnya Sumpah Pemuda sebagai fondasi persatuan dan kebangkitan bangsa semakin terasa. Dalam mencapai “Indonesia Emas,” generasi muda harus terus mengingat dan menghidupkan nilai-nilai yang terkandung dalam sumpah tersebut.
Gagasan pemuda yang kian memudar
Ikrar Pemuda, yang dikumandangkan pada 28 Oktober 1928, muncul sebagai sejarah yang signifikan dalam perjuangan nasional Indonesia. Dalam janji ini, para pemuda menjanjikan dedikasi mereka untuk persatuan nasional, kesatuan bangsa, dan promosi bahasa pemersatu. Namun demikian, seiring berjalannya waktu, prinsip-prinsip terpuji yang diabadikan dalam janji tampaknya semakin berkurang dalam konteks masyarakat kontemporer.
Kekhawatiran ini telah mendapatkan perhatian di antaranya adalah semangat persatuan, yang semakin dirusak oleh birokrasi yang mengubah konsepsi masyarakat secara perlahan, dimulai dari pendidikan yang berdaya saing. Berdaya saing di era saat ini memang baik tapi sebelum sampai ke taraf itu perlu ada kesaaman dalam mengakses hal tersebut, sebut saja pendidikan realita hari ini pendidikan swasta dengan biaya melimpah lebih relavan pembelajarannya dibandingkan dengan negeri. Hasilnya hanya perbedaan masyarakat.
Di era digital saat ini, penyebaran informasi dan pendapat yang cepat mudah dicapai. Sayangnya, fenomena ini sering memperburuk polarisasi di kalangan pemuda. Alih-alih menumbuhkan apresiasi timbal balik terhadap keragaman, banyak individu menemukan diri mereka terjerat dalam ruang gema, di mana hanya sudut pandang kongruen yang diakui. Upaya semangat dasar persatuan yang diartikulasikan dalam Ikrar Pemuda tampaknya telah diturunkan ke ketidakjelasan. Selain itu, komitmen untuk melestarikan bahasa persatuan telah menemui hambatan besar.
Dalam konteks globalisasi, sejumlah besar individu muda menunjukkan kecenderungan yang lebih besar terhadap penggunaan bahasa asing, terutama dalam interaksi mereka di platform media sosial. Tren ini berpotensi melemahkan rasa identitas dan kebanggaan terhadap bahasa Indonesia, yang dimaksudkan untuk berfungsi sebagai simbol kohesi nasional. Namun demikian, penting untuk mengakui bahwa penurunan keunggulan tidak sama dengan ketidakhadiran. Pemuda Indonesia memiliki potensi yang signifikan untuk menghidupkan kembali prinsip-prinsip Sumpah Pemuda.
Dengan memanfaatkan kemajuan teknologi, mereka dapat mendorong dialog yang lebih konstruktif, merayakan keragaman, dan memperkuat rasa identitas nasional. Komunitas yang selaras dengan masalah sosial dan budaya dapat berfungsi sebagai saluran bagi kaum muda untuk bersatu dan terlibat secara kolaboratif.
Dalam menghadapi tantangan zaman kontemporer, kaum muda harus sekali lagi merenungkan signifikansi yang terkandung dalam Sumpah Pemuda. Dengan merangkul semangat persatuan, menghargai bahasa dan budaya mereka sendiri, dan berkomitmen untuk kemajuan bangsa, mereka dapat membangkitkan dan mengembalikan konsep-konsep yang telah lama ada. Hanya melalui upaya ini kita dapat menjamin bahwa semangat pemuda yang dulu bersemangat tidak akan padam, tetapi akan bertahan dalam menyalakan dan menginspirasi generasi mendatang.
Pemuda di masa emas 2045?
Indonesia emas telah gencar di bicarakan oleh kalangan pemuda, apakah bekal untuk memegang emas tersebut sudah mumpuni atau hanya bayangan belaka? Pemuda tentu menjadi sentral dalam merenggut masa tersebut. Dalam dua dekade mendatang, khususnya pada tahun 2045, diantisipasi bahwa Indonesia akan memulai periode yang umumnya ditandai sebagai “zaman keemasan.” Mengingat statistik demografis yang diproyeksikan yang menunjukkan populasi yang didominasi muda, kontribusi generasi ini akan sangat penting dalam membentuk lintasan dan kemajuan bangsa. Meskipun demikian, untuk memanfaatkan potensi ini secara efektif, sangat penting untuk menumbuhkan pemahaman yang komprehensif tentang berbagai tantangan dan peluang yang mungkin dihadapi kaum muda Indonesia.
Tantangan yang dihadapi oleh pemuda yang pertama, pendidikan dan keterampilan. Dari data Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat partisipasi pendidikan di tingkat menengah tetap di bawah 80% pada tahun 2021. Pada tahun 2045, sangat penting bagi individu muda untuk memiliki kompetensi yang selaras dengan tuntutan pasar tenaga kerja yang berkembang, terutama dalam konteks era digital. Dengan demikian, prioritas pendidikan yang berkualitas dan pengembangan keterampilan sangat penting.
Kemudian yang kedua, keterlibatan dalam Politik berdasarkan literatur yang di temuakan oleh penulis menemukan bahwa, Komisi Pemilihan Umum (KPU) melaporkan bahwa pemilih pada Pemilu (pemilihan umum) 2024 didominasi oleh generasi Z dan milenial dengan proporsi 55% dari total pemilih—33,60% untuk generasi milenial dan 22,85% untuk generasi Z. Sebagai perbandingan, pemilih generasi muda di Pemilu 2014 hanya mencakup 30% dari total pemilih. KPU telah menetapkan 204,8 juta daftar pemilih tetap untuk Pemilu 2024 dengan 114 juta pemilih di antaranya masih berusia di bawah 40 tahun (BBC, 2023). Anak-anak muda yang mengisi lebih dari setengah jumlah pemilih ini akan berperan besar dalam menentukan iklim politik di Indonesia ke depannya. Upaya dalam meningkatkan kesadaran dan keterlibatan kaum muda dalam proses pengambilan keputusan sangat penting untuk menjamin representasi perspektif mereka.
Peluang yang Tersedia
Indonesia berada di ambang kemunculan sebagai salah satu pasar digital paling signifikan di Asia Tenggara, sehingga menawarkan prospek besar bagi kaum muda untuk terlibat dalam kemajuan teknologi. Menurut laporan oleh Google dan Temasek, proyeksi menunjukkan bahwa penilaian ekonomi digital Indonesia diperkirakan akan mencapai $124 miliar pada tahun 2025.
Dalam kerangka ini, demografi muda yang memiliki kompetensi teknologi maju menempati peran penting dalam mempelopori pertumbuhan dalam sektor-sektor yang berkembang pesat. Mereka diposisikan untuk berfungsi sebagai inovator dan katalis transformasi digital, menghasilkan sejumlah besar solusi baru yang mahir dalam mengatasi permintaan pasar dan mendorong pembangunan ekonomi yang digerakkan oleh teknologi.
Selain itu, prospek substanțial juga dapat diamati di bidang kewirausahaan. Pemerintah Indonesia telah memberikan dukungan melalui berbagai inisiatif dan mekanisme yang dirancang untuk mempromosikan kemunculan wirausahawan muda. Data dari Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah mengungkapkan bahwa sekitar 60% usaha mikro, kecil, dan menengah (UKM) di Indonesia didirikan oleh generasi muda. Statistik ini menyoroti potensi signifikan untuk penciptaan lapangan kerja dan fortifikasi ekonomi nasional. Kaum muda, didorong oleh semangat inovatif dan kreativitas mereka, tidak hanya mampu membangun perusahaan independen tetapi juga memainkan peran penting dalam evolusi ekosistem ekonomi lokal dan global.
Selain itu, meningkatnya kesadaran lingkungan di kalangan pemuda menghadirkan peluang untuk partisipasi aktif dalam gerakan keberlanjutan. Sebuah survei yang dilakukan oleh Global Youth Climate Network menunjukkan bahwa lebih dari 70% pemuda Indonesia merasakan rasa tanggung jawab terhadap pengelolaan lingkungan. Kesadaran yang meningkat ini berfungsi sebagai fondasi yang kuat bagi mereka untuk menghasut transformasi sosial yang positif dengan secara aktif terlibat dalam inisiatif lingkungan dan keberlanjutan. Baik melalui inovasi teknologi ramah lingkungan, usaha kewirausahaan berkelanjutan, atau keterlibatan dalam kampanye konservasi, pemuda Indonesia muncul sebagai komponen penting dalam upaya untuk menumbuhkan masa depan yang lebih hijau dan lebih berkelanjutan bagi bangsa.
Terakhir dari penulis zaman keemasan yang diantisipasi tahun 2045 menyimpan optimisme dan tantangan bagi kaum muda Indonesia. Dengan memanfaatkan peluang yang tersedia sambil mengatasi tantangan yang diidentifikasi, generasi ini memiliki potensi untuk muncul sebagai agen perubahan transformatif. Fokus pada pendidikan berkualitas, perolehan keterampilan yang relevan, dan kesadaran yang meningkat akan masalah sosial dan lingkungan akan berperan penting dalam memfasilitasi kontribusi substansialnya. Melalui upaya kolaboratif, pemikiran inovatif, dan semangat juang yang tegas, pemuda Indonesia dapat mewujudkan visi untuk masa depan yang lebih sejahtera bagi bangsa.
**Artikel ini ditulis oleh Fajar Sujadi yang merupakan mahasiswa Magister Ilmu Komunikasi UPN Yogyakarta. Fajar merupakan pemuda asal Sulawesi Selatan yang kini tengah menjelajahi romantisme sebuah kota bernama Jogja.