Ratan Tata, seorang pengusaha ternama India, meninggal dunia pada usia 86 tahun. Ia dikenal memimpin Tata Group, konglomerat yang bergerak dalam berbagai bidang, mulai dari produksi garam hingga perangkat lunak. Perusahaan ini memiliki lebih dari 100 anak perusahaan dan mempekerjakan sekitar 660.000 orang dengan pendapatan tahunan mencapai lebih dari $100 miliar.
Tata Group didirikan oleh Jamsetji Tata dan telah berdiri selama 155 tahun. Bisnisnya mencakup berbagai sektor, seperti otomotif (Jaguar Land Rover), baja (Tata Steel), dan bahkan produk konsumen. Prinsip utama perusahaan adalah menggabungkan kapitalisme dengan filantropi, berusaha melakukan bisnis dengan cara yang memberikan manfaat kepada masyarakat.
Ratan Tata dilahirkan dalam keluarga Parsis yang kaya dan berpendidikan. Ia menempuh pendidikan di Amerika Serikat, meraih gelar di bidang arsitektur dari Cornell University. Setelah kembali ke India pada tahun 1962, ia diminta oleh JRD Tata, mentornya yang juga kerabat jauh, untuk bergabung dengan Tata Group. Ratan memulai kariernya di pabrik baja dan kemudian mengambil alih dua perusahaan grup yang sedang berjuang, di mana ia berhasil menyelamatkan salah satunya.
Pada tahun 1991, Ratan Tata menggantikan JRD Tata sebagai pemimpin Tata Group, meskipun sempat menghadapi kritik. Di bawah kepemimpinannya, Tata Group berkembang menjadi merek global, dengan banyak akuisisi besar seperti Corus Steel dan Jaguar Land Rover. Namun, tidak semua keputusan strategisnya berhasil, seperti proyek mobil Nano, yang meski awalnya disambut baik, gagal bertahan di pasar karena kesalahan pemasaran.
Salah satu momen paling sulit bagi Ratan Tata adalah saat serangan teroris Mumbai tahun 2008 yang menargetkan Taj Mahal Palace Hotel, salah satu aset Tata. Sebanyak 33 orang tewas di hotel tersebut, termasuk 11 karyawan. Tata berkomitmen untuk mendukung keluarga korban, bahkan memberikan mereka gaji seumur hidup.
Ratan Tata dikenal sebagai sosok yang rendah hati dan disiplin. Ia selalu membuat daftar tugas harian yang ditulis tangan. Meskipun menghadapi tantangan, baik dalam bisnis maupun kehidupan pribadi, Tata selalu optimis dan fokus pada tujuan filantropis serta keberlanjutan perusahaannya.
Di akhir kariernya, Tata sempat terlibat dalam perselisihan manajemen saat ia kembali sebagai ketua sementara Tata Sons pada tahun 2016. Meskipun masa tersebut dipenuhi konflik, Tata tetap dikenang sebagai sosok yang visioner, dengan integritas yang kuat dan komitmen terhadap kemajuan bangsa.