Dalam rangka mengenang dua tahun tragedi Kanjuruhan, Arema FC menggelar tahlil dan doa bersama. Acara ini berlangsung pada 1 Oktober 2024 di Kandang Singa, kantor klub, dihadiri oleh Aremania dan warga sekitar. Ini adalah penghormatan kepada 135 korban meninggal dalam tragedi yang terjadi pada 1 Oktober 2022. Rencananya, acara tersebut juga dihadiri oleh perwakilan PT Liga Indonesia Baru (LIB) dan PSSI.
General Manager Arema FC, Yusrinal Fitriandi, menjelaskan bahwa acara ini bukan hanya untuk mengenang korban. Menurutnya, ini juga sebagai momen untuk membangkitkan sepak bola Indonesia. Tragedi ini seharusnya menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak dalam sepak bola nasional. “Kami ingin menjadikan momen ini sebagai titik balik bagi sepak bola Indonesia,” ucap Inal. Ia menekankan pentingnya menciptakan lingkungan sepak bola yang lebih aman dan bermartabat.
Selain tahlil, ada acara “Munajat Akbar” yang digelar oleh Presidium Arema dan keluarga korban di Stadion Kanjuruhan pada sore hari. Acara ini bertujuan mempererat semangat persatuan dan solidaritas di kalangan pencinta sepak bola Indonesia. “Kami berharap kegiatan ini semakin menguatkan semangat persatuan di antara pencinta sepak bola,” ungkap Yusrinal. Ia menekankan pentingnya perjuangan bersama untuk menciptakan sepak bola yang lebih baik.
Sebagai klub yang terdampak langsung oleh tragedi tersebut, Arema FC berkomitmen untuk belajar dari peristiwa itu. Yusrinal Fitriandi menegaskan bahwa semua komponen sepak bola, termasuk klub, bertanggung jawab menjaga keamanan penonton. Seiring rencana Arema FC kembali bermain di Stadion Kanjuruhan akhir tahun ini, mereka siap bekerja sama untuk menerapkan standar keamanan lebih ketat.
“Inal” mengajak semua pihak, termasuk keluarga korban dan Aremania, untuk bersatu menciptakan lingkungan sepak bola yang aman. Ia percaya bahwa kolaborasi adalah kunci untuk mencegah terulangnya tragedi serupa. Kembalinya Arema FC ke Stadion Kanjuruhan akan menjadi tonggak sejarah baru bagi klub dan sepak bola Indonesia. Momen ini menjadi simbol pembenahan sepak bola Indonesia. “Kami akan memanfaatkan momentum ini untuk menunjukkan perubahan positif dalam sepak bola,” tutup Yusrinal Fitriandi.