Awal Perjalanan Menjadi Mualaf
celebrithink.com – Clara Shinta memutuskan untuk menjadi mualaf pada 2017. Keputusan ini tidak mudah karena ia menghadapi tentangan dari keluarganya. Meski begitu, ia tetap teguh dengan pilihannya dan berusaha menjalani Islam dengan istiqamah.
Selama hampir delapan tahun, banyak hal berubah dalam hidupnya. Ia merasa lebih tenang, lebih sabar, dan semakin dekat dengan keluarganya. Perjalanan spiritual ini memberinya pemahaman baru tentang kehidupan dan makna beragama.
Hubungan dengan Keluarga Semakin Dekat
Salah satu perubahan terbesar yang dirasakan Clara setelah menjadi mualaf adalah hubungannya dengan orang tua. Jika dulu ada jarak, kini ia justru merasa semakin dekat dengan mereka.
“Semenjak jadi mualaf itu aku malah semakin dekat sama orang tua, semakin berbakti,” ujarnya dalam tayangan Rumpi Trans TV.
Ia mulai menunjukkan nilai-nilai Islam dalam kesehariannya. Sikapnya kepada orang tua menjadi lebih sopan dan penuh rasa hormat. Jika dulu ia sering membantah, kini ia lebih patuh dan menghargai setiap nasihat mereka.
Islam Mengajarkan Kesabaran
Menjadi mualaf juga mengubah cara Clara dalam menghadapi masalah. Jika dulu ia mudah marah atau tantrum, kini ia lebih tenang dan mampu mengendalikan emosinya.
“Mungkin yang aku dulu lebih sering tantrum depan orang tua, sekarang lebih sabar dan tenang,” ungkapnya.
Ia menyadari bahwa Islam mengajarkan kesabaran dan kelembutan dalam bersikap. Dengan sikap baru ini, orang tuanya tidak bisa lagi mengeluh atau marah kepadanya. Mereka justru melihat perubahan positif yang nyata.
Memberikan Contoh yang Baik
Clara juga ingin menunjukkan kepada keluarganya bahwa Islam adalah agama yang penuh kedamaian dan mengajarkan banyak kebaikan. Ia berharap bisa menjadi teladan bagi orang-orang terdekatnya.
“Aku menganggap diri aku itu adalah satu lilin di tengah keluarga,” tuturnya.
Dengan perubahan yang ditunjukkannya, ia berharap orang tuanya bisa luluh dan tertarik untuk mengenal Islam lebih dalam. Ia percaya bahwa dakwah terbaik adalah dengan memberi contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Harapan untuk Masa Depan
Perjalanan spiritual Clara masih panjang. Ia ingin terus belajar dan memperbaiki diri agar semakin baik dalam menjalani ajaran Islam. Selain itu, ia juga berharap bisa membawa keluarganya lebih dekat dengan agama yang ia anut.
“Doa aku, salah satunya ingin keluarga, apalagi orang tua itu jadi seorang Muslim seperti aku,” harapnya.
Namun, ia tidak ingin memaksa. Baginya, perubahan harus datang dari hati. Ia hanya bisa berusaha menjadi pribadi yang lebih baik dan berharap keluarganya melihat keindahan Islam dari dirinya.
Kesimpulan
Perjalanan spiritual Clara Shinta sebagai mualaf tidak mudah. Ia harus menghadapi tantangan besar, terutama dari keluarga. Namun, dengan keteguhan hati dan perubahan positif yang ia tunjukkan, Clara berhasil mempererat hubungannya dengan orang tua.
Kini, ia terus berusaha menjadi contoh yang baik dan berharap bisa menginspirasi orang-orang di sekitarnya. Ia yakin bahwa Islam membawa ketenangan dan kedamaian bagi setiap orang yang menjalankannya dengan tulus.