Pembatalan Ijazah Stikom Bandung Cederai Dunia Pendidikan

Pict by Instagram

Dampak Kasus Pembatalan Ijazah di Stikom Bandung


Celebrithink.com – Kasus pembatalan ijazah 233 alumnus Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi (Stikom) Bandung mencuri perhatian publik. Kejadian ini dinilai mencederai dunia pendidikan Indonesia. Pemerhati pendidikan, Andreas Tambah dari Komnas Pendidikan, menegaskan bahwa praktik seperti ini tidak boleh terus dibiarkan.

Menurut Andreas, jika kasus serupa terus terjadi, masyarakat akan kehilangan kepercayaan terhadap institusi pendidikan. Dunia pendidikan, yang seharusnya menjadi pilar mencetak generasi berkualitas, justru terancam kehilangan martabatnya.

Awal Mula Kasus Pembatalan Ijazah


Kejadian bermula dari keputusan Stikom Bandung untuk menarik kembali ijazah alumnusnya yang lulus pada periode 2018-2023. Ketua Stikom Bandung, Dedy Djamaludin, menyatakan bahwa keputusan ini diambil berdasarkan temuan Tim Evaluasi Kinerja Akademik (EKA). Ratusan kelulusan tersebut dinyatakan tidak memenuhi prosedur akademik yang berlaku.

Kurangnya Pengawasan dan Maraknya Kecurangan


Andreas menilai praktik ini sudah lama terjadi dan bukan merupakan kesalahan yang tidak disengaja. Ia menyebut kurangnya pengawasan dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dikti) sebagai salah satu penyebab utama. Selain itu, tingginya minat masyarakat untuk memperoleh gelar akademik secara instan turut mendorong terjadinya maladministrasi di perguruan tinggi.

“Banyak orang ingin cepat lulus tanpa mempertimbangkan proses belajar yang berkualitas,” tegas Andreas. Hal ini mencerminkan masalah mendalam pada pola pikir sebagian masyarakat tentang pentingnya pendidikan yang benar.

Dampak bagi Dunia Pendidikan dan Masyarakat


Praktik kecurangan seperti ini tidak hanya mencederai dunia pendidikan, tetapi juga berdampak pada para lulusan. Andreas menjelaskan bahwa para sarjana yang ijazahnya cacat administrasi akan menghadapi tantangan berat di dunia kerja, seperti rendahnya penghargaan dari pemberi kerja.

Selain itu, kasus seperti ini berisiko menjadikan pendidikan Indonesia sebagai bahan cemoohan di tingkat internasional. “Hal ini jelas akan menurunkan martabat pendidikan kita di mata dunia,” ujar Andreas.

Solusi: Peran Pengawasan dan Kesadaran Masyarakat


Untuk mencegah kejadian serupa, Andreas menekankan pentingnya pengawasan ketat dari pemerintah, khususnya Dikti, terhadap perguruan tinggi. Selain itu, masyarakat perlu meningkatkan kesadaran akan pentingnya proses pendidikan yang benar, bukan sekadar mengejar gelar.

Kasus pembatalan ijazah di Stikom Bandung menjadi pengingat bahwa kualitas pendidikan harus menjadi prioritas utama. Dengan langkah perbaikan dan pengawasan yang tegas, Indonesia dapat mengembalikan martabat dunia pendidikan di masa depan.

Populer video

Berita lainnya