Jerawat Hormon, Ini Penyebab, Gejala, dan Pemicu Utama

Foto: thinkstock

Jerawat hormon merupakan jenis jerawat yang sering kali dipicu oleh perubahan kadar hormon, terutama hormon androgen seperti testosteron. Perubahan hormon ini biasanya terjadi selama masa pubertas, menjelang menstruasi pada wanita, atau dalam fase-fase tertentu kehidupan seperti kehamilan dan menopause. Hormon androgen yang meningkat dapat merangsang kelenjar minyak di kulit untuk memproduksi sebum secara berlebihan. Ketika sebum bercampur dengan sel kulit mati, pori-pori tersumbat, menyebabkan munculnya jerawat.

Tidak hanya hormon, faktor lain seperti stres, pola makan yang tidak sehat, dan kurang tidur juga berkontribusi pada jerawat hormon. Stres memicu pelepasan kortisol yang memperburuk produksi minyak kulit. Selain itu, makanan tinggi gula dan produk susu dapat meningkatkan kadar insulin, yang pada gilirannya merangsang hormon androgen.

Ciri dan Penyebab Jerawat Hormon

Jerawat hormon sering disebut sebagai jerawat dewasa karena lebih umum terjadi pada usia 20 hingga 50 tahun. Kondisi ini dapat muncul di wajah, bahu, dada, dan punggung, dengan karakteristik berupa benjolan akibat kelebihan produksi minyak di kelenjar sebasea. Meskipun dapat menyerang pria, wanita lebih sering mengalaminya karena perubahan hormon yang terjadi selama menstruasi, kehamilan, atau menopause.

Pemicu utama jerawat hormon meliputi:

  • Produksi sebum berlebih.
  • Pori-pori tersumbat oleh sel kulit mati atau bakteri.
  • Stres dan kurang tidur.
  • Penggunaan produk kulit yang tidak nonkomedogenik.
  • Perubahan hormon terkait siklus menstruasi, alat kontrasepsi, atau kehamilan.
  • Pengaruh genetik atau riwayat keluarga dengan jerawat.

Jerawat Hormon vs. Jerawat Jamur

Meskipun keduanya dapat terlihat mirip, jerawat hormon dan jerawat jamur memiliki penyebab yang berbeda. Jerawat jamur terjadi karena pertumbuhan berlebih ragi pada folikel rambut, sedangkan jerawat hormon disebabkan oleh kelebihan sebum. Jerawat jamur sering menyebabkan rasa gatal, kemerahan, dan peradangan, berbeda dengan jerawat hormon yang lebih terpengaruh oleh fluktuasi hormonal.

Jika jerawat hormonal dialami selama kehamilan, pengobatan tertentu seperti retinoid atau isotretinoin harus dihindari. Konsultasikan dengan dokter untuk menentukan perawatan yang aman dan efektif sesuai kondisi.

Populer video

Berita lainnya