Kasus kematian Tupac Shakur kembali mencuat dengan teori konspirasi baru yang melibatkan nama besar di industri musik, Sean “P Diddy” Combs. Keluarga Tupac kini tidak tinggal diam dan membentuk tim penyelidik independen untuk menggali lebih dalam tentang dugaan keterlibatan Diddy dalam insiden tragis tersebut. Mereka bahkan menggandeng Alex Spiro, seorang pengacara ternama asal New York, untuk mengejar kebenaran di balik peristiwa yang merenggut nyawa sang rapper legendaris di usia 25 tahun.
Tupac Shakur ditembak pada malam 7 September 1996 di Las Vegas ketika mengemudi. Meski dilarikan ke rumah sakit, nyawanya tak tertolong dan ia meninggal enam hari kemudian, tepat pada 13 September 1996. Hingga kini, kematian Tupac menjadi salah satu misteri terbesar di dunia musik, membuat banyak teori berkembang liar, salah satunya melibatkan P Diddy. Nama Diddy mencuat setelah Duane “Keefe D” Davis, sosok yang dikenal memiliki hubungan dengan jaringan kriminal, mengklaim bahwa Diddy pernah menawarinya uang sebesar satu juta dolar untuk menyingkirkan Tupac.
Meski Davis tidak memberikan bukti konkret, klaim tersebut cukup untuk membuat spekulasi semakin liar. Diddy sendiri telah berulang kali membantah keterlibatannya dalam serangan tersebut, termasuk dalam sebuah pernyataan pada 2008. Namun, pertanyaan tentang siapa dalang sebenarnya masih menggantung di udara. Beberapa pihak bahkan meyakini perseteruan sengit antara East Coast dan West Coast, dua kubu besar di dunia rap saat itu, turut memperkeruh situasi dan menjadi alasan utama di balik pembunuhan Tupac.
Dalam dunia hip-hop, perseteruan seperti ini bukan hal yang baru. Rivalitas antar rapper sering kali diwarnai oleh lirik yang tajam, namun pada masa itu, konflik tersebut sering kali merembet ke kekerasan fisik, seperti yang dialami Tupac. Hingga hari ini, upaya keluarga untuk mengungkap siapa dalang sesungguhnya masih terus berlanjut, berharap keadilan bagi ikon musik yang pengaruhnya masih terasa hingga kini.