Sidang kasus korupsi yang jarang terjadi di Singapura kini digelar terhadap mantan Menteri Perhubungan, S Iswaran. Ini merupakan sidang pertama dalam lebih dari 40 tahun yang melibatkan pejabat politik di Singapura. Negara ini dikenal sebagai salah satu negara dengan tingkat korupsi terendah di dunia.
Iswaran mengundurkan diri pada Januari lalu setelah dijerat puluhan dakwaan, termasuk menerima hadiah bernilai ratusan ribu dolar. Sebelum terjerat kasus, Iswaran dikenal sebagai tokoh penting yang membawa Formula 1 ke Singapura.
Pada Selasa, 24 September 2024, Iswaran tiba di Mahkamah Agung Singapura dengan menggunakan SUV putih. Dia menolak menjawab pertanyaan wartawan dan hanya mengucapkan “selamat pagi” saat memasuki gedung pengadilan.
Para pengamat menilai persidangan ini sebagai salah satu yang paling penting secara politik dalam sejarah Singapura. Kasus ini berpotensi merusak reputasi Partai Aksi Rakyat (PAP), partai berkuasa di Singapura, sebelum pemilu yang diperkirakan akan digelar pada November 2025.
Iswaran mengundurkan diri dari keanggotaan PAP setelah menerima pemberitahuan resmi terkait dakwaan yang dihadapinya. Meski demikian, dia menyatakan dirinya tidak bersalah atas tuduhan tersebut.
Dari total 35 dakwaan yang menjeratnya, sebagian besar terkait dengan korupsi. Ancaman hukuman maksimum untuk dakwaan-dakwaan ini adalah tujuh tahun penjara. Selain itu, Iswaran juga didakwa menghalangi proses hukum.
Beberapa dakwaan menyebut Iswaran menerima hadiah dari dua pengusaha senilai lebih dari US$ 300.000 atau sekitar Rp 4,5 miliar. Hadiah-hadiah tersebut termasuk tiket ke acara olahraga bergengsi dan pertunjukan dari taipan hotel Malaysia, Ong Beng Seng, yang merupakan salah satu orang terkaya di Singapura. Ong, direktur pelaksana Hotel Properties Limited, juga ditangkap pada 2023 bersamaan dengan Iswaran, namun hingga kini belum dikenai hukuman.
Selain itu, Iswaran diduga menerima botol-botol whiskey dan tongkat golf dari seorang direktur perusahaan konstruksi yang tidak disebutkan namanya. Direktur tersebut hingga saat ini belum dijerat dakwaan apapun.
Sebagian besar dakwaan terhadap Iswaran didasarkan pada hukum yang jarang digunakan di Singapura. Hukum tersebut menyatakan bahwa seorang pegawai negeri yang menerima barang berharga dari individu yang bekerja sama dengannya dapat dianggap melanggar hukum.
Pengacara Iswaran menyatakan bahwa pengusaha yang memberikan hadiah adalah teman dekat kliennya. Menurut mereka, hadiah itu diterima Iswaran dalam kapasitas pribadi, bukan sebagai pejabat publik. Dalam surat pengunduran dirinya, Iswaran menegaskan bahwa dia tidak bersalah atas semua tuduhan.
Sebelum kasus Iswaran, pejabat politik terakhir di Singapura yang disidang atas kasus korupsi adalah mantan Menteri Negara untuk Lingkungan, Wee Toon Boon. Pada tahun 1975, Wee didakwa menerima suap senilai lebih dari US$ 600.000.