Pernahkah Anda bertanya-tanya bagaimana dinamika hubungan yang tidak sehat berkembang — seperti bagaimana hubungan yang menyenangkan berubah menjadi membosankan atau hubungan yang penuh kasih berubah menjadi masam? Meskipun hal itu mungkin tidak tampak jelas di permukaan, selalu ada alasannya setelah kita memahami kekuatan yang bekerja.
Hukum-hukum ini dapat digunakan oleh siapa saja untuk membantu menciptakan hubungan yang sehat yang benar-benar bertahan lama. Salah satu prinsip inti ini adalah sugestibilitas hipnotis, yang menawarkan petunjuk yang berguna untuk meningkatkan kemitraan. Sugestibilitas mengacu pada seberapa reseptif seseorang terhadap lingkungannya. Dalam hubungan, sugestibilitas mengacu pada tingkat pengaruh yang terbuka untuk diterima atau diterima dari pasangannya.
Sugestibilitas memainkan peran penting dalam membentuk dinamika hubungan menjadi lebih baik atau lebih buruk. Mari kita uraikan lima hukum sugestibilitas dan bagaimana Anda dapat memanfaatkannya untuk membangun ikatan yang lebih kuat. Lima cara menggunakan hukum sugestibilitas untuk memperkuat hubungan Anda
1. Hukum Asosiasi: Berbagi pengalaman positif untuk membangun asosiasi positif
Hukum asosiasi menyatakan bahwa ide, perasaan, dan perilaku yang terjadi bersamaan menjadi saling terkait dalam pikiran kita. Hukum yang kuat ini memiliki implikasi yang signifikan bagi hubungan.
Ketika pasangan secara konsisten terlibat dalam kegiatan yang menyenangkan, berbagi lelucon, melakukan percakapan yang merangsang secara intelektual, saling mendukung melalui masa-masa sulit, dan menunjukkan kasih sayang, interaksi positif ini akan dikaitkan dengan pasangan. Hasilnya, kehadiran orang tersebut dapat membangkitkan perasaan dan kenangan yang hangat dan penuh kasih.
Sebaliknya, jika pasangan sering berdebat, mengkritik, menutup mata, atau mengabaikan kebutuhan satu sama lain, pengalaman tersebut juga akan dikaitkan dengan pasangan, sehingga melihatnya menimbulkan lebih banyak reaksi negatif. Untuk memanfaatkan hukum sugestibilitas ini, secara sadar bangun pengalaman bersama yang positif.
2. Hukum Pengulangan: Ciptakan rutinitas yang memperkuat perasaan cinta yang sehat
Hukum ini menyatakan bahwa semakin konsisten suatu ide atau tindakan diulang, semakin mengakar dalam pikiran dan kebiasaan kita. Dalam hubungan, pengulangan dapat memperkuat pola positif atau negatif secara kuat.
Menunjukkan kasih sayang, mendengarkan dengan penuh perhatian, meminta maaf setelah bertengkar, dan berbagi tugas adalah perilaku sehat yang menjadi otomatis melalui pengulangan. Menjadikan tindakan ini sebagai rutinitas memperkuat keintiman dan kepuasan.
Namun, pengulangan juga dapat melanggengkan komunikasi dan perilaku yang merusak seperti kritik, sikap defensif, penghinaan, atau penolakan selama konflik. Pola-pola ini dikodekan sebagai respons kebiasaan yang sulit dihentikan.
3. Hukum Dominasi: Mencegah sifat-sifat negatif menutupi sifat-sifat positif
Hukum ini menyatakan bahwa pikiran, keyakinan, dan tindakan yang dominan cenderung menutupi sifat dan perilaku yang lebih lemah.
Karakteristik atau kecenderungan kepribadian yang sangat dominan pada pasangan dapat membentuk dinamika dalam hubungan secara mendalam. Misalnya, jika salah satu pasangan secara konsisten mendominasi pengambilan keputusan tanpa mempertimbangkan masukan dari pasangannya, perasaan tidak setara dan dendam dapat muncul. Atau sudut pandang pasangan yang sangat kritis dapat mendominasi dan mendikte nada emosional hubungan.
Namun, memahami hukum ini memberikan sebuah kesempatan. Pasangan dapat mencegah sifat-sifat negatif yang dominan menguasai hubungan mereka dengan sengaja mengambil sikap yang setara, saling menghormati, dan berbagi kekuasaan. Setiap pasangan harus merasa didengarkan, dihargai, dan dilibatkan dalam pilihan-pilihan yang memengaruhi mereka berdua.
4. Hukum Aksi Terbalik: Biarkan pertumbuhan terjadi secara alami, alih-alih dipaksakan
Disebut juga hukum usaha terbalik, hukum ini menyatakan bahwa memaksakan hasil cenderung menjadi bumerang, yang mengarah pada hasil yang berlawanan dengan yang diinginkan. Dalam hubungan, menekan pasangan untuk berubah atau berperilaku dengan cara tertentu dapat menimbulkan penolakan dan jarak emosional.
Hukum ini tidak berarti mengabaikan upaya untuk pertumbuhan positif. Namun, hukum ini menyoroti pentingnya kesabaran dan membiarkan hubungan berkembang secara alami. Cobalah untuk menciptakan lingkungan yang terbuka dan mendukung untuk pertumbuhan bersama.
Daripada mengkritik kekurangan atau menolak ide pasangan Anda, cobalah untuk memahami perspektif mereka terlebih dahulu. Bekerja sama secara kolaboratif untuk mengatasi masalah. Hindari ultimatum. Hukum aksi terbalik mengingatkan kita bahwa hubungan membutuhkan pengembangan yang lembut, bukan kontrol.
5. Hukum Aksi Tertunda: Biarkan tantangan menumbuhkan ikatan Anda
Hukum ini mengacu pada fakta bahwa perubahan dan pertumbuhan menunjukkan efek penuhnya secara perlahan seiring berjalannya waktu. Dalam hubungan, hubungan yang paling penting dibangun secara bertahap melalui tindakan kepedulian yang konsisten hari demi hari, bulan demi bulan.
Pasangan harus melewati masa-masa sulit bersama untuk mematangkan buah pengabdian sepenuhnya. Setiap konflik yang terselesaikan dan kegembiraan yang dibagikan memperkuat ikatan secara eksponensial. Namun, hubungan akan layu jika pengabdian goyah saat tanda pertama masalah muncul.
Memahami hukum ini memperparah pentingnya komitmen, ketekunan, dan kesabaran dalam menumbuhkan cinta yang langgeng. Pasangan tidak boleh mengharapkan transformasi dalam semalam; perubahan terjadi melalui upaya yang mantap. Selama masa-masa sulit, mengingat pertumbuhan sebelumnya dapat menyalakan kembali motivasi.