Media sosial kini menjadi ladang kreativitas, namun tidak semua konten bersifat positif. Baru-baru ini, seorang pria TikTok viral setelah mengunggah video yang menunjukkan aksi sedekah sebesar Rp5 juta kepada seorang kakek. Namun, banyak yang menduga bahwa kakek tersebut hanya menerima Rp200 ribu.
Dalam video yang beredar, kreator TikTok itu meminta kakek yang memberikan Rp20 ribu sebagai imbalan, menerima kotak emas. Ketika membuka kotak tersebut, kakek terkejut menemukan uang tunai Rp5 juta di dalamnya. “Ini Rp5 juta, Pak,” ungkap kreator. Sang kakek bersyukur dan berharap uang itu bisa digunakan untuk membeli kendaraan murah untuk bekerja sebagai ojek.
Namun, video tersebut terdapat watermark “Monfer Official”, membuat netizen bertanya-tanya tentang keaslian konten. Sebuah akun TikTok bernama InemJogja kemudian menyoroti dugaan penipuan dalam tema “berbagi”. InemJogja juga menceritakan video lain di mana seorang kakek harus memilih antara uang Rp100 ribu atau kotak berisi minyak goreng, tanpa tahu bahwa kotak tersebut berisi Rp5 juta.
Dalam video tersebut, kakek memilih kotak makan yang ternyata berisi uang tunai. “Rp5 juta itu diberikan saat konten berlangsung,” jelas InemJogja. Kemudian, cuplikan video menampilkan kakek memberikan klarifikasi tentang uang yang diterima. Ketika ditanya, “Apakah benar diberi Rp5 juta, Kek?”, kakek menjawab, “Cuman Rp200. Sisanya diambil lagi.”
Sebuah video klarifikasi diunggah oleh Monfer Salim pada Kamis (26/9). Ia menyatakan bahwa video tersebut bukan buatan dirinya dan hanya merestart video orang lain. Dalam pernyataannya, ia berkata, “Saya hanya nge-repost videonya saja.” Monfer juga meminta maaf jika konten seperti ini dianggap pembodohan publik, menyatakan bahwa tidak ada manusia yang sempurna.
Klarifikasi tersebut mengundang beragam komentar, termasuk dari InemJogja yang mengingatkan agar tidak ikut klarifikasi jika tidak merasa terlibat dalam pembuatan video. Selain itu, akun Instagram Regus Tubella, yang memiliki 53 ribu pengikut, kini diprivat dan tidak memiliki unggahan.
Kontroversi ini mencerminkan pentingnya keaslian dalam pembuatan konten di media sosial. Diharapkan ke depan, para kreator dapat lebih berhati-hati dalam membagikan konten yang berpotensi merugikan atau menyesatkan publik.