Merek penyimpanan makanan, Tupperware, resmi mengajukan kebangkrutan. Permohonan ini diajukan ke Pengadilan Kepailitan AS di Delaware pada 17 September 2024. Perusahaan asal Amerika Serikat ini mengalami kerugian selama beberapa tahun terakhir. Menurut laporan Reuters, Tupperware memiliki utang sebesar 812 juta dolar AS (sekitar Rp 12,4 triliun).
Untuk melunasi utang tersebut, Tupperware menawarkan asetnya kepada investor dengan harga murah. Investor akan menyita aset Tupperware sebagai jaminan pinjaman. Selain itu, Tupperware juga mengajukan perlindungan kebangkrutan untuk menjaga kekayaan intelektualnya. Perusahaan ini kini memiliki waktu 30 hari untuk mencari pembeli.
Tupperware telah beroperasi selama 78 tahun dan terkenal dengan produk wadah plastiknya. Produk pertama Tupperware diperkenalkan pada 1940-an oleh Earl S. Tupper di Massachusetts. Earl Tupper, seorang ahli kimia, menemukan cara untuk mengolah ampas biji hitam polyethylene menjadi plastik yang kuat dan fleksibel.
Tupper mendirikan Earl S. Tupper Company dan mematenkan produknya sebagai Poly-T. Inspirasi untuk wadah kedap udara muncul setelah Depresi Besar. Dia ingin membantu keluarga menghemat uang dalam penyimpanan makanan saat perang. Pada 1946, Tupper meluncurkan wadah penyimpan makanan pertamanya, Wonderlier Bowl.
Metode pemasaran Tupperware yang dikenal sebagai Tupperware Home Party diperkenalkan oleh Brownie Wise. Wise mengadakan pesta di rumah-rumah untuk mempromosikan produk Tupperware. Peralatan yang dipakai dalam pesta tersebut adalah produk Tupperware. Pada 1950-an, merek Tupperware dipatenkan, dan Wise diangkat menjadi Wakil Presiden Pemasaran.
Sejak 1960-an, Tupperware telah merambah pasar Eropa, Amerika Tengah, Amerika Selatan, dan Asia. Selain wadah makanan, pada tahun 2010-an, Tupperware mengembangkan PONDS, alat menanam sayuran di luar angkasa yang diuji oleh NASA. Perusahaan ini juga menjalin kerja sama dengan National Park Foundation untuk melestarikan taman nasional di AS dan berinovasi menciptakan wadah plastik tanpa limbah.