Israel memberikan tawaran “safe exit” kepada pemimpin Hamas, Yahya Sinwar, dengan syarat Hamas membebaskan sandera dan menyerahkan kontrol atas Jalur Gaza. Tawaran ini muncul di tengah ketidakpastian terkait upaya gencatan senjata antara Israel dan Hamas.
Utusan sandera Israel, Gal Hirsch, menyampaikan tawaran ini dalam wawancara dengan Bloomberg News di Washington DC pada Selasa (10/9/2024). Hirsch menawarkan jalan keluar aman bagi Sinwar, keluarganya, dan siapa pun yang ingin ikut bersamanya. Israel juga meminta pembebasan sandera dan demiliterisasi Gaza sebagai syarat utama.
Tawaran ini diajukan sekitar satu setengah hari sebelum wawancara tersebut, tetapi Hirsch tidak memberikan detail tanggapan yang telah diterima. Ia hanya menyebut Israel juga bersedia membebaskan tahanan Palestina sebagai bagian dari kesepakatan. Tawaran ini merupakan salah satu upaya untuk mencapai solusi baru, mengingat prospek gencatan senjata semakin kecil.
Hirsch juga menyebut bahwa mediator dari Qatar, Mesir, dan Amerika Serikat telah berupaya menawarkan proposal gencatan senjata kepada Israel. Namun, ia mengatakan Hamas cenderung ingin mendiktekan syarat ketimbang bernegosiasi.
Tidak diketahui apakah Hamas akan menerima tawaran ini. Namun, sejarah menunjukkan bahwa Israel telah menargetkan anggota Hamas di luar negeri sebelumnya. Misalnya, pembunuhan pemimpin biro politik Hamas, Ismail Haniyeh, pada 31 Juli lalu di Teheran, yang diduga dilakukan oleh Israel, meskipun Tel Aviv tidak mengklaim tanggung jawab atas peristiwa tersebut.
Israel juga memandang Yahya Sinwar sebagai dalang serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, yang memicu konflik besar di Jalur Gaza. Bagi Israel, Sinwar adalah simbol perjuangan bersenjata Palestina. Hirsch bahkan menyamakan Sinwar dengan Adolf Hitler, menunjukkan tingkat ancaman yang dianggap sangat tinggi.
Hirsch juga menyebutkan bahwa selain menawarkan “safe exit”, ia memiliki beberapa rencana alternatif untuk memastikan sandera bisa segera pulang. Ia menyatakan bahwa waktu terus berjalan dan para sandera dalam situasi kritis.
Gagasan pengasingan bagi pemimpin Hamas bukan hal baru. Pada Mei lalu, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu juga sempat menyebutkan ide tersebut dalam sebuah podcast. Menurut Netanyahu, pengasingan adalah salah satu opsi, tetapi ia menegaskan bahwa yang terpenting adalah Hamas harus menyerah. Jika Hamas meletakkan senjatanya, Netanyahu yakin perang akan segera berakhir.