Ketua Umum PDI-P, Megawati Soekarnoputri, memberikan sindiran tajam kepada Presiden Joko Widodo. Menurut Megawati, jika masa jabatan sudah habis pada Oktober, seseorang harus siap turun dari kekuasaan. “Sekarang, wih, gile. Mbok sudahlah, sudah mau selesai, ya selesai saja,” ungkap Megawati dalam Pengumuman Bakal Calon Kepala Daerah di Kantor DPP PDI-P, Jakarta Pusat, Rabu (22/8/2024).
Megawati menyebutkan bahwa selama menjabat sebagai Presiden kelima RI, dirinya tidak merasa terbebani. Ketika masa jabatannya berakhir, ia dengan tegas turun dari posisi tersebut. Ia menegaskan tidak melakukan upaya-upaya untuk memperpanjang masa jabatan dengan cara mengubah konstitusi.
“Saya disuruh berhenti, ya saya berhenti. Ya sudah aja, daripada gua bikin gugat-gugat entar enggak jelas, republik ini enggak punya presiden. Gitu wae saya,” kata Megawati dengan tegas. Pernyataannya menunjukkan sikapnya yang konsisten terhadap aturan masa jabatan.
Megawati juga menyoroti pelaksanaan Pilkada Serentak 2024 yang tengah menjadi perhatian. Ia mengkritik adanya pembatasan yang dilakukan oleh pihak berkuasa untuk menghambat calon tertentu. “Kontestasi yang demokratis dihalangi oleh tembok-tembok kekuasaan karena dukungan terhadap calon tertentu,” ujar Megawati.
Hubungan antara PDI-P dan Megawati semakin memanas menjelang Pilpres 2024. Presiden Jokowi, yang diusung oleh PDI-P saat menjabat sebagai Wali Kota Solo, kini dianggap berkhianat. Hal ini karena Jokowi mendukung calon presiden Prabowo Subianto. Anak sulung Jokowi, Gibran Rakabuming Raka, juga menjadi calon wakil presiden Prabowo dan berhasil menang dalam pemilu.
Selain isu tersebut, Jokowi juga disebut-sebut berusaha memperpanjang masa kekuasaannya dengan mengubah konstitusi. Beberapa ide yang muncul termasuk penambahan masa jabatan presiden menjadi tiga periode atau perpanjangan beberapa tahun. Namun, ide-ide tersebut tidak didukung oleh Megawati dan PDI-P.