Pada 9-10 Agustus 2024, India diguncang berita mengerikan tentang pembunuhan dan pemerkosaan seorang dokter muda bernama Moumita Debnath (31). Kejadian tragis ini terjadi di Rumah Sakit RG Kar Medical College, Kolkata, dan menjadi viral, bahkan menarik perhatian internasional, termasuk di Indonesia. Banyak warganet yang merasa marah dan sedih atas kasus ini, mengungkapkan rasa simpati dan kemarahan mereka di media sosial.
Dr. Moumita Debnath adalah seorang dokter muda berbakat yang sedang menjalani program spesialis di rumah sakit tersebut. Sebagai seorang dokter yang berusia 31 tahun, ia menunjukkan dedikasi tinggi terhadap profesinya. Moumita bekerja keras untuk mengembangkan keahlian di bidang kedokteran dengan tujuan menjadi spesialis yang andal. Komitmennya terlihat jelas dari ketekunannya dalam menangani pasien dan partisipasinya yang aktif dalam berbagai kegiatan akademik serta klinis di rumah sakit.
Pada pagi hari 9 Agustus 2024, rekan-rekan Dr. Moumita melaporkan bahwa ia hilang. Keberadaan terakhirnya diketahui saat menuju ruang seminar di kampus untuk beristirahat setelah praktik panjang selama 36 jam. Pada saat itu, tidak ada yang menyangka bahwa istirahatnya akan berakhir tragis.
Keesokan harinya, Dr. Moumita ditemukan dalam kondisi mengenaskan di aula seminar rumah sakit. Hasil autopsi menunjukkan bahwa ia mengalami pemerkosaan dan dicekik hingga tewas. Laporan autopsi mengungkapkan luka parah di sekujur tubuhnya, termasuk di area kelamin, wajah, dan bagian tubuh lainnya. Kejadian ini mengejutkan banyak orang, baik di India maupun di luar negeri.
Kasus ini memicu reaksi keras dari masyarakat lokal dan internasional. Berbagai komunitas kedokteran menyerukan keadilan bagi Moumita. Mereka menuntut pemerintah untuk mengambil tindakan tegas terhadap pelaku serta memperbaiki sistem keamanan di rumah sakit.
Tragedi yang menimpa Dr. Moumita Debnath tidak hanya merenggut nyawanya, tetapi juga mengungkap kelemahan sistem keamanan dan perlindungan bagi tenaga medis, khususnya perempuan, di India. Kejadian ini membuka mata masyarakat terhadap realitas yang dihadapi oleh perempuan, bahkan mereka yang berpendidikan tinggi dan bekerja di lingkungan yang seharusnya aman, seperti rumah sakit.
Peristiwa tragis ini menyoroti masalah mendasar dalam sistem perlindungan tenaga medis. Tidak hanya fisik, tetapi juga perlindungan dari kekerasan seksual yang seharusnya dijamin oleh institusi tempat mereka bekerja. Kejadian ini menjadi pengingat keras bahwa ada banyak hal yang perlu diperbaiki untuk melindungi tenaga medis, terutama perempuan, dari ancaman kekerasan yang mungkin terjadi di tempat kerja mereka.