MS Glow, merek skincare lokal terkenal, baru-baru ini menjadi sorotan warganet. Hal ini dipicu oleh komentar Maharani Kemala, salah satu pendirinya, di media sosial. Saat menjawab pertanyaan pengikutnya, Maharani mengatakan, “Bukan owner MS Glow,” dan merespons masalah produk dengan, “Tanya langsung ke mbak Shandy, saya juga gak tau.”
Komentar ini segera memicu reaksi dari warganet. Apalagi, Maharani baru saja mempromosikan merek produk baru bernama Sadewi Essentials. Selama ini, Maharani dan Shandy Purnamasari hanya mempromosikan MS Glow, merek yang mereka bangun bersama sejak 2013.
MS Glow didirikan oleh Maharani Kemala dan Shandy Purnamasari. Mereka sering menyebut diri sebagai “founder” dan aktif mempromosikan produk-produk MS Glow. Mereka sering tampil bersama dalam foto, membuat konten bersama barang-barang branded atau mobil mewah, dan kerap terlihat bersama selebritis papan atas serta influencer yang menjadi brand ambassador MS Glow.
Namun, mengapa mereka menggunakan kata “founder” dan bukan “owner”? Dihimpun dari berbagai sumber, hubungan bisnis mereka tidak berada dalam satu entitas bisnis. Masing-masing memiliki perusahaan sendiri. Shandy menjalankan bisnisnya di bawah PT Kosmetika Cantik Indonesia, sementara Maharani menggunakan bendera Urban Asia. Meskipun tampak aneh, itulah kenyataannya.
Menurut Pangkalan Data Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan HAM RI, MS Glow terdaftar atas nama Shandy Purnamasari sejak 14 Agustus 2022 dengan nomor permohonan DID2022060553. HAKI MS Glow Aesthetic juga terdaftar atas nama Shandy sejak 16 Mei 2024 dengan nomor permohonan JID2024041435. Hal ini menimbulkan pertanyaan mengapa nama Maharani tidak tercantum sebagai pemilik merek, padahal mereka membangun MS Glow bersama pada 2013.
Sejarah MS Glow tidak bisa dipisahkan dari Cantik Skincare yang dibuat oleh Shandy. Produk skincare ini awalnya dijual online dengan sistem reseller. Maharani adalah distributor terbesar Cantik Skincare. Melihat perkembangan bisnis Maharani, pada 2013 Shandy mengajak Maharani berkolaborasi membangun merek baru bernama MS Glow. Penjualannya tetap menggunakan jejaring seller, yang kebanyakan adalah perempuan.
Selama pandemi, MS Glow menjadi penyelamat bagi banyak orang yang kehilangan pekerjaan. Namun, bisnis yang dibangun oleh dua perempuan hebat ini akhirnya harus kandas. Ketidakjelasan hukum sejak awal menjadi penyebab utama. Semua didasarkan pada pertemanan dan kepercayaan. Saat bisnis masih kecil, semua tampak baik-baik saja. Namun, ketika bisnis tumbuh besar, gesekan mulai terasa. Hal ini terlihat dari pendaftaran HAKI yang hanya atas nama satu founder.
Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) atau Hak Kekayaan Intelektual (HKI) adalah hak untuk memperoleh perlindungan hukum atas kekayaan intelektual sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pendaftaran HAKI memberikan perlindungan hukum sebagai pemilik karya, sehingga lebih leluasa memanfaatkan nilai ekonomis tanpa takut melanggar hukum. Sistem pendaftaran HAKI hanya diberikan pada pihak pertama yang mendaftar ke Direktorat Jenderal HAKI. Pendaftaran sejak awal memberikan hak monopoli untuk melarang pihak lain memiliki HAKI tersebut tanpa izin.
Dalam video di reels Instagram, Maharani menuliskan caption, “Brand itu ibaratkan seperti anak, kita lahirkan, berjuang membesarkan sehingga bisa berjalan, bisa mandiri menjadi anak yang sukses dikenal, orangtuanya pun bangga. Dan pastinya saya sendiri bangga membesarkan sebuah brand yang kalian selama ini. Bagaimanapun keadaan orang tua kita tidak akan melupakan sejarah akan siapa yang saat itu ada di sebelah kita membantu kita melahirkan anak yang sukses. Sudah pasti orang itu tak akan tergantikan di ingatan kita.”
Demikianlah kisah di balik MS Glow dan kontroversi terbaru yang melibatkan Maharani Kemala dan Shandy Purnamasari. Meskipun hubungan bisnis mereka mengalami gesekan, kontribusi keduanya dalam membangun merek tetap diakui. Mereka adalah sosok yang berjasa dalam membesarkan MS Glow hingga dikenal luas.
