Salah satu cara menyebarkan kesadaran yang paling diremehkan adalah buku, dan dalam beberapa tahun terakhir ini, ada begitu banyak buku fiksi brilian tentang mental illness. Buku-buku ini tidak hanya memiliki cerita yang solid, penulisnya juga melakukan pekerjaan fenomenal dalam menggambarkan penyakit mental dan berbagai aspeknya dengan cara yang sensitif dan menarik. Sastra telah memainkan peran besar dalam menghilangkan stigma terhadap penyakit mental dan selalu berupaya menjadikannya sebagai topik pembicaraan yang penting, bukan sebagai sesuatu yang harus disingkirkan dan dihindari. 8 buku fiksi cemerlang tentang mental illness:
- Eleanor Oliphant Is Completely Fine oleh Gail Honeyman
Salah satu buku fiksi terbaik tentang penyakit mental, tanpa keraguan. Saya ingat ketika saya menyelesaikan buku ini, saya meneteskan air mata, senang dan sedih. Ini adalah salah satu buku terbaik yang pernah saya baca dalam beberapa tahun terakhir. Cara penulis menangani kesehatan mental, trauma, dan dampak trauma, sungguh indah.
- Turtles All The Way Down oleh John Greene
Novel ini berkisah tentang Ava yang berjuang dengan pemikiran cemas internal, dan dia sangat ingin menjalani kehidupan yang “normal” dan menjadi seorang individu yang “sempurna”, sama seperti orang lain. Buku ini sebagian besar membahas mekanisme penanggulangan dan pengobatan terbaik untuk kecemasan parah, dengan tokoh protagonis yang menarik dan menyenangkan.
- Darius The Great Is Not Okay Oleh Adib Khorram
Ini adalah salah satu buku fiksi terbaik tentang penyakit mental yang akan anda dapatkan. Novel ini berlatar di Iran dan berkisah tentang Darius yang berjuang dengan identitasnya dan sulit menyesuaikan diri dengan orang lain. Darius menderita depresi klinis, namun stigma yang melekat padanya membuat kakek dan neneknya sulit memahami rasa sakit dan perjuangannya.
- The Bell Jar oleh Sylvia Plath
Sylvia Plath menulis novel ini berdasarkan kisah hidup dan pengalamannya. Dia sendiri berjuang dengan penyakit mental yang parah selama bertahun-tahun dan novel ini dengan sempurna menyeimbangkan batas antara fiksi dan kebenaran serta menggali jauh ke dalam perjuangannya melawan gangguan bipolar dan depresi.
- One Flew Over the Cuckoo’s Nest oleh Ken Kesey
Ini adalah salah satu buku fiksi penyakit mental favorit saya dan bahkan kemudian diadaptasi menjadi film ikonik yang dibintangi oleh Jack Nicholson. Buku ini berbasis di sebuah rumah sakit jiwa di Oregon dan dinarasikan oleh seorang pasien penduduk asli Amerika yang mungkin bisu dan tuli bernama Chief Bromden yang mengamati aktivitas pasien lain, Randle Patrick McMurphy.
- The Virgin Suicides oleh Jeffery Eugenides
Mencari beberapa buku fiksi bagus tentang kesehatan mental? Cobalah yang ini! Buku ini menggali jauh ke dalam pikiran seorang gadis berusia 13 tahun, dan protagonisnya adalah saudara perempuan Lisbon, Mary, Bonnie, Lux, Therese, dan Cecilia, yang tinggal di Grosse Pointe, Michigan. Novel ini berkisar pada sudut pandang anak laki-laki yang bersekolah bersama saudara perempuan mereka, dan perjuangan mereka untuk memahami mengapa mereka seperti itu; saudara perempuan Lisbon dianggap sangat aneh oleh semua orang di sekolah.
- All the Bright Places oleh Jennifer Niven
Buku ini tentang Violet dan Theodore yang bertemu dalam keadaan tak terduga dan dengan cepat menjadi teman yang kemudian berubah menjadi cinta. Orang yang menderita depresi juga bergumul dengan pikiran untuk bunuh diri, dan buku ini adalah salah satu buku paling ampuh dan terbaik yang ada dalam percakapan seperti ini. Di awal buku, Theodore tampaknya menyelamatkan Violet dari tindakan bunuh diri pada hari peringatan kematian saudara perempuannya, sementara dia sendiri menderita depresi dan pikiran untuk bunuh diri.
- Girl, Interrupted oleh Susanna Kaysen
Buku ini berisi tentang pengalaman Susanna Kaysen saat menjadi pasien di rumah sakit jiwa selama dua tahun. Dia menceritakan pengalamannya sebagai seorang wanita muda di sebuah rumah sakit yang pernah memiliki narapidana terkenal seperti Sylvia Plath, Ray Charles, James Taylor, dan Robert Lowell. Membahas secara detail Borderline Personality Disorder, bukunya berbicara tentang pengalamannya dengan depersonalisasi dan disosiasi, seperti saat setelah kejadian traumatis, dia melukai dirinya sendiri dengan menggigit dagingnya sendiri hingga terbuka.