Banjir besar yang melanda Kota Gorontalo semakin meluas dan kini telah menggenangi enam kecamatan. Titik banjir terparah terdapat di Kecamatan Dumbo Raya dan Kota Barat, dengan ketinggian air mencapai lebih dari 50 sentimeter. Berdasarkan laporan dari Antara, tiga kecamatan lainnya juga terdampak banjir meskipun kondisinya tidak separah dua kecamatan tersebut.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Gorontalo, Mahmud Baderan, menjelaskan bahwa banjir ini disebabkan oleh curah hujan yang tinggi. Hujan deras memicu meluapnya Sungai Bone dan Bolango, serta aliran air dari Danau Limboto, yang semuanya bertemu di Kota Gorontalo sehingga mengakibatkan banjir.
Untuk membantu warga yang terdampak, Pemerintah Kota Gorontalo telah menyiapkan beberapa tempat pengungsian. Tempat-tempat tersebut antara lain Kantor Wali Kota, aula Rumah Dinas Wali Kota, auditorium Universitas Negeri Gorontalo (UNG), SMK Negeri 1 dan SMK 3 Kota Gorontalo, SDN 38 dan 341 Kota Gorontalo, serta Gedung Nasional Kota Gorontalo. Mahmud Baderan mengimbau masyarakat yang terdampak banjir untuk mengungsi ke tempat-tempat yang telah disediakan atau ke rumah keluarga yang tidak terdampak banjir.
Seluruh Organisasi Perangkat Daerah (OPD) juga dikerahkan untuk membangun dapur umum dan menyediakan makanan siap saji bagi warga yang terdampak. Banjir yang melanda Kota Gorontalo ini terjadi akibat hujan deras yang mengguyur sejak tanggal 23 Juni 2024, dengan banjir susulan terjadi pada 27 Juni, serta 3 dan 4 Juli. Data sementara mencatat bahwa sebanyak 2.316 kepala keluarga atau 7.888 jiwa menjadi korban banjir, dengan 2.026 unit rumah terdampak.
Di Kabupaten Gorontalo, banjir juga melanda beberapa desa di Kecamatan Tilango, yaitu Desa Tabumela dan Tualango. Di Desa Tabumela, sebanyak 216 kepala keluarga atau 919 jiwa terdampak, dengan 211 rumah terendam banjir. Sementara di Desa Tualango, 231 kepala keluarga atau 768 jiwa terdampak, dengan 225 rumah terendam banjir. Di Kecamatan Telaga Jaya, banjir merendam Desa Buhu dan Hutadaa. Di Desa Buhu, 134 kepala keluarga atau 444 jiwa terdampak, dengan 128 unit rumah terendam, sedangkan di Desa Hutadaa, 338 kepala keluarga atau 1.197 jiwa terdampak, dengan 329 unit rumah terendam banjir.
Kondisi serupa juga terjadi di Kecamatan Limboto. Di Kelurahan Tenilo, 276 kepala keluarga atau 908 jiwa terdampak, dengan 270 unit rumah terendam banjir. Di Kelurahan Bolihuangga, 109 kepala keluarga atau 302 jiwa terdampak, dengan 103 unit rumah terendam. Di Kelurahan Kayubulan, 415 kepala keluarga atau 1.245 jiwa terdampak, dengan 231 unit rumah terendam. Di Kelurahan Hunggaluwa, 56 kepala keluarga atau 225 jiwa terdampak, dengan 52 unit rumah terendam. Terakhir, di Kelurahan Hutuo, 18 kepala keluarga atau 50 jiwa terdampak, dengan 15 unit rumah terendam banjir.
Dengan semakin meluasnya banjir ini, pemerintah dan seluruh elemen masyarakat diharapkan dapat terus bersinergi dalam menangani dampak banjir serta membantu warga yang terdampak untuk segera pulih dari bencana ini.