Dunia maya kembali digemparkan oleh prediksi kiamat yang diundur oleh Kushal Kumar, peramal asal India yang dijuluki “New Nostradamus.” Sebelumnya, Kumar meramalkan kiamat akan terjadi pada 29 Juni 2024. Namun, baru-baru ini ia merevisi prediksinya dan menyatakan bahwa kiamat akan terjadi pada 10 Agustus 2024. Prediksi ini memicu berbagai reaksi dari masyarakat, dengan beberapa orang percaya dan yang lain bersikap skeptis.
Kushal Kumar dikenal sering membuat prediksi kontroversial. Ia mengklaim tanda-tanda kiamat sudah terlihat dari berbagai peristiwa dunia saat ini, termasuk peperangan di berbagai negara. Dalam kitab suci berbagai agama, memang terdapat tanda-tanda akhir zaman. Misalnya, dalam Alkitab Injil Matius 24:6-7 disebutkan tentang perang, kelaparan, dan gempa bumi di berbagai tempat sebagai tanda-tanda mendekati kiamat. Kumar mengaitkan tanda-tanda tersebut dengan kondisi dunia saat ini, di mana konflik dan peperangan sedang marak terjadi, khususnya di Timur Tengah dan antara negara-negara besar, yang meningkatkan kekhawatiran akan terjadinya Perang Dunia III.
Dalam wawancaranya dengan The Daily Star, Kumar menyatakan bahwa titik-titik krusial di dunia akan memanas pada bulan Juni 2024, dan negara akan menyerang negara lainnya. Banyak yang mempertanyakan validitas prediksi ini. Secara teologis, keyakinan berbagai agama menyebutkan bahwa hanya Sang Pencipta yang mengetahui kapan kiamat akan terjadi. “Kapan tepatnya kiamat akan terjadi sesungguhnya hanya Allah yang mengetahui,” kata seorang teolog.
Prediksi Kumar menimbulkan diskusi di kalangan masyarakat. Apakah benar kiamat bisa direvisi dan diundur? Pertanyaan ini membuat banyak orang merenungkan kembali keyakinan mereka. Namun, yang terpenting adalah bagaimana kita menyikapi berbagai tanda-tanda yang ada dengan bijak dan mempersiapkan diri sebaik mungkin. Dalam menghadapi prediksi ini, kita harus tetap menjalani kehidupan dengan baik, menjaga moralitas, dan memperkuat keimanan.
Meskipun prediksi Kushal Kumar menarik perhatian, kita tidak boleh terjebak dalam ketakutan atau kepanikan. Sebaliknya, kita harus menggunakan informasi ini sebagai pengingat untuk selalu berbuat baik, menjaga hubungan dengan sesama, dan memperkuat nilai-nilai spiritual kita. Dengan demikian, apapun yang terjadi di masa depan, kita akan siap menghadapinya dengan hati yang tenang dan pikiran yang jernih.