Meskipun media sosial merupakan bagian integral dari kehidupan kita sehari-hari, penggunaan berlebihan lebih banyak merugikan daripada menguntungkan. Beristirahat sering kali bermanfaat, namun mengetahui kapan harus melakukannya bisa menjadi tantangan. Inilah cara saya menyadari bahwa saya perlu istirahat dari media sosial.
1. Ini Mulai Mempengaruhi Kesehatan Mental Saya
Dari membandingkan penampilan hingga melihat berapa banyak harta yang dimiliki orang lain, melihat orang lain berkembang terkadang bisa membuat Anda merasa sangat tidak berharga. Melihat orang lain mencapai pencapaian yang belum saya capai menimbulkan perbandingan yang tidak sehat, yang membuat saya merasa tertinggal dalam hidup. Terkadang, Anda membuka Instagram atau Facebook untuk mendapatkan inspirasi atau bantuan dari kesibukan pekerjaan jam 9 pagi hingga jam 5 sore.
Tiba-tiba, Anda mulai membandingkan hidup Anda dengan hidup orang lain, dan di situlah hal itu dimulai. Meskipun putaran perbandingan yang terus-menerus mungkin tampak tidak signifikan saat ini, semakin sering dilakukan, semakin besar pengaruhnya terhadap Anda secara mental. Dalam situasi ketika Anda merasa kesehatan mental Anda menurun, saya sangat menyarankan untuk menjauh dari media sosial, meskipun hanya untuk beberapa hari. Saya juga merekomendasikan untuk menghindari memeriksa akun media sosial Anda terlebih dahulu di pagi hari.
2. Saya Menghabiskan Waktu Berjam-jam untuk Scrolling Tanpa Pikiran
Kita semua pernah mendengar tentang doomscrolling. Meskipun banyak tenggat waktu sekolah dan pekerjaan yang semakin dekat, saya mendapati diri saya terus-menerus menunda-nunda dan menghabiskan waktu berjam-jam menonton Reel Instagram satu demi satu. Sebelum saya menyadarinya, setengah hari telah berlalu. Tidak hanya semua pengguliran yang tidak perlu menyebabkan saya lupa waktu, saya juga merasa sangat lelah di penghujung hari. Apa yang seharusnya menjadi istirahat selama lima menit untuk mengisi ulang Instagram atau TikTok, setelah sesi belajar yang sibuk, akhirnya berubah menjadi istirahat selama satu jam yang akan menyedot seluruh energi saya.
Saya akhirnya kehilangan energi yang bisa saya gunakan untuk sesuatu yang bisa menjadi investasi bagi diri saya di masa depan, seperti mempersiapkan ujian penting, pergi ke gym, atau bahkan tidur siang. Selain kehilangan energi, saya juga merasa sangat bersalah setelah menyadari betapa banyak waktu yang saya habiskan untuk melakukan doomscrolling. Rasa bersalah yang saya rasakan setiap saat adalah alasan utama saya memutuskan untuk mendorong FOMO (Fear of Missing Out) jauh ke dalam dan menjauh dari akun media sosial saya.
3. Posting Mulai Terasa Seperti Sebuah Tugas
Media sosial dimaksudkan sebagai sumber relaksasi, bukan sebaliknya. Saat saya merasa berkewajiban untuk memposting daripada ingin memposting karena saya benar-benar menginginkannya, saya menyadari bahwa saya perlu menjauh dari media sosial. Kadang-kadang, setiap kali saya masuk ke Instagram dan melihat orang lain berkembang kecuali saya, saya merasa terdorong untuk memposting sesuatu hanya untuk merasa seperti saya juga melakukan sesuatu.