Lafran, Pemberontak Idealis di Layar Kaca

Share on facebook
Share on twitter
Share on telegram
Share on whatsapp
Pict by Youtube

Tahun ini, Faozan Rizal kembali menghadirkan film biopik menarik yang mendobrak layar kaca. Setelah sukses dengan “Habibie & Ainun” dan “Soekarno,” sutradara asal Tegal ini kini mengangkat kisah Lafran Pane, pendiri Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).

Faozan, peraih Piala Citra 2016, dikenal dengan film-film bertema keislaman dan penokohan. Kali ini, ia mengeksplorasi perjalanan hidup Lafran Pane, sosok cerdas yang mengalami kehilangan ibu dan nenek sejak kecil. Tinggal dengan dua kakaknya, Sanusi Pane dan Armijn Pane, Lafran tumbuh sebagai remaja pemberontak yang sering berpindah-pindah sekolah dan bahkan menjadi petinju jalanan.

Sanusi dan Armijn, yang percaya pada kecerdasan adiknya, berusaha mengarahkan energi Lafran ke hal-hal positif. Namun, semangat memberontak Lafran justru membuatnya semakin peduli terhadap ketidakadilan. Saat pendudukan Jepang, Lafran pernah dipenjara karena membela peternak sapi, dan ayahnya harus menebusnya dengan sebuah bus.

Kisah ini menyoroti kegelisahan Lafran terhadap kaum muslim terpelajar di Yogyakarta yang cenderung sekuler dan melupakan ibadah. Kegelisahan inilah yang memicu Lafran mendirikan HMI, organisasi nonpolitik yang berjuang menegakkan nilai-nilai keislaman sesuai dengan Indonesia. Lafran juga menekankan pentingnya memisahkan HMI dari pengaruh politik.

Film berdurasi 99 menit ini mengemas pesan idealisme, perjuangan, keislaman, dan keteguhan hati seorang pemimpin. Faozan juga menampilkan karakter Dewi, kekasih Lafran, yang memberikan dukungan penting. Keputusan Lafran untuk merelakan HMI dipimpin oleh mahasiswa di luar Sekolah Tinggi Islam (STI) menunjukkan kekuatan dukungan dari orang terdekat.

Film “Lafran” dapat disaksikan di bioskop seluruh Indonesia mulai 20 Juni 2024, menyajikan kisah penuh inspirasi tentang perjuangan dan idealisme seorang pemimpin muda.