Celebrithink.com – Bekerja shift malam telah menjadi bagian dari kehidupan bagi sejumlah karyawan di berbagai sektor. Namun, sebuah studi telah mengungkapkan bahwa kebiasaan ini memiliki dampak negatif yang signifikan terhadap kesehatan mereka.
Salah satu dampak utama dari kerja shift malam adalah gangguan pada pola tidur, yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas istirahat yang diperoleh. Menurut timesofindia, terganggunya pola tidur ini dapat menyebabkan sejumlah masalah kesehatan yang serius.
Pertama, gangguan tidur ini berdampak pada fase tidur Rapid Eye Movement (REM), membuat tidur para pekerja shift malam menjadi kurang nyenyak. Hal ini meningkatkan risiko terjadinya kesalahan dan kecelakaan, terutama di awal shift mereka.
Selain itu, studi yang dipublikasikan dalam jurnal Sleep Medicine menunjukkan bahwa kerja shift malam juga berkaitan dengan masalah kesehatan mental. Para pekerja shift lebih rentan mengalami kelelahan kronis, kecemasan, dan depresi, seringkali membutuhkan obat-obatan psikotropika untuk mengatasi masalah tersebut.
Masalah pencernaan juga sering terjadi pada para pekerja shift malam. Pola makan yang tidak teratur, seringnya mengonsumsi makanan tinggi lemak dan karbohidrat, serta gangguan irama sirkadian, dapat menyebabkan masalah seperti mulas, sindrom iritasi usus besar, dan tukak lambung.
Tidak hanya itu, kerja shift malam juga terkait dengan gangguan metabolisme seperti obesitas, kolesterol tinggi, dan tekanan darah tinggi. Para pekerja shift memiliki risiko lebih tinggi terkena penyakit kardiovaskular dan diabetes tipe 2 akibat kondisi ini.
Dampak serius juga terjadi pada sistem kardiovaskular dan risiko kanker pada para pekerja shift malam. Mereka memiliki risiko lebih tinggi terkena penyakit jantung iskemik dan beberapa jenis kanker, meskipun mekanisme pastinya masih belum sepenuhnya dipahami.
Secara keseluruhan, hasil studi menunjukkan bahwa kerja shift malam tidak hanya mengganggu kesehatan fisik, tetapi juga kesehatan mental para karyawannya. Perlu perhatian khusus dari perusahaan dan penyedia layanan kesehatan untuk mengurangi dampak buruk yang ditimbulkan oleh kebiasaan ini.