Tijjani Reijnders, Gelandang Muda yang Bersinar di AC Milan

Pict by Instagram

Tijjani Reijnders kini telah menjadi salah satu gelandang terbaik di dunia setelah bergabung dengan AC Milan. Pemain asal Belanda ini sejajar dengan gelandang top seperti Federico Valverde, Frenkie de Jong, dan Ilkay Gundogan. Meskipun namanya sebelumnya tidak terlalu dikenal, performa Reijnders kini semakin mencuri perhatian, baik di level klub maupun internasional.

Reijnders bergabung dengan AC Milan dari AZ Alkmaar dengan harga yang cukup terjangkau. Kini, dia menjadi pemain yang banyak diburu oleh klub-klub elit Eropa, seperti Real Madrid dan Chelsea. Meskipun awalnya sering dimainkan di posisi yang tidak sesuai dengan kemampuan alaminya, Reijnders tetap menunjukkan performa yang konsisten. Di bawah arahan Paulo Fonseca, Reijnders tampil impresif, sering mencetak gol, dan menjadi pemimpin di lini tengah AC Milan.

Reijnders kini tidak hanya menjadi andalan di klub, tetapi juga di Timnas Belanda. Peran pentingnya di lini tengah semakin terlihat di musim ini. Meskipun AC Milan tidak sepenuhnya bergantung padanya, dia adalah pemain yang sulit digantikan. Real Madrid dan Chelsea kini dilaporkan tertarik merekrutnya, namun dengan kontraknya yang hampir habis, AC Milan tidak terlalu khawatir akan kehilangan pemain muda ini.

Pemain yang kerap disebut-sebut sebagai “puisi yang bergerak” oleh pengamat sepak bola, Daniele Longo, memiliki gaya bermain yang elegan. Ketertarikan terhadap Reijnders pun semakin besar, namun saat ini tampaknya dia akan tetap bertahan di AC Milan. Ini tentu menjadi kabar baik bagi para pendukung klub, yang kini menyaksikan sang gelandang berkembang pesat.

Sementara itu, di lini tengah AC Milan, gelandang lainnya, Youssouf Fofana, juga mendapat perhatian. Fofana menjadi pemain yang hampir tidak tergantikan di skuat Rossoneri. Dia bekerja keras untuk menjaga keseimbangan lini tengah, baik di Liga Italia maupun Liga Champions. Namun, banyak yang merasa bahwa beban Fofana terlalu berat, karena dia sering bermain tanpa istirahat.

Legenda AC Milan, Zvonimir Boban, mengkritik formasi 4-2-4 yang digunakan oleh pelatih Fonseca, yang membuat dua gelandang tengah harus bekerja sangat keras. Boban menilai bahwa formasi ini tidak memberi keseimbangan yang cukup dalam permainan AC Milan. Fofana, yang sering berperan sebagai pemain bertahan, merasa terbebani dengan tugasnya yang sangat berat.

Boban juga menyoroti peran Reijnders yang lebih sering berfungsi sebagai pemain menyerang. Menurutnya, Reijnders tidak bisa berperan sebagai filter bersama Fofana di lini tengah. Hal ini membuat Fofana menjadi satu-satunya pemain yang berfungsi sebagai pengatur pertahanan AC Milan, sebuah tugas yang sangat berat. Meskipun demikian, Fofana tetap menjadi pemain yang sangat penting, dengan total menit bermain yang lebih banyak dibandingkan Reijnders dan Christian Pulisic.

Pada akhirnya, AC Milan diharapkan dapat menemukan solusi dengan kembalinya Ismael Bennacer, yang bisa berduet dengan Fofana. Hal ini bisa memberi lebih banyak fleksibilitas di lini tengah dan memungkinkan Reijnders untuk lebih maju ke depan.

Populer video

Berita lainnya