Aktris peraih Piala Citra, Laura Basuki, memerankan tokoh utama dalam film Yohanna, yang mengangkat tema eksploitasi anak di Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT). Melalui perannya, Laura tersentuh oleh kenyataan pahit yang dihadapi penduduk di daerah tersebut, yang jauh dari gemerlap ibu kota dan berada di lingkaran kemiskinan ekstrem.
Eksploitasi Anak: Realita Kelam di Sumba Timur
Sebagai Yohanna, seorang biarawati muda yang menyaksikan langsung kondisi eksploitasi anak-anak di Sumba Timur, Laura menggambarkan betapa terkejutnya ia setelah mendalami karakter tersebut. “Film ini membuka mata saya tentang realitas di Sumba, yang jarang diketahui publik,” ungkap Laura saat ditemui di Menteng, Jakarta Pusat, pada Kamis malam, 24 Oktober 2024.
Laura, yang memiliki darah Jawa, Tionghoa, dan Vietnam, menuturkan bahwa banyak anak-anak di Sumba Timur yang harus bekerja keras demi menghidupi keluarga mereka. “Mereka bekerja dari pagi, sekolah, lalu kembali bekerja setelahnya,” jelasnya. Ia menekankan pesan penting dari film ini: Indonesia bukan hanya Jakarta. Masih banyak daerah terpinggirkan yang butuh perhatian lebih dalam menghadapi kemiskinan, masalah sosial, dan krisis moral. “Indonesia itu bukan cuma Jakarta, masih ada daerah-daerah lain yang harus diperhatikan,” tambahnya.
Untuk mendalami peran Yohanna, Laura harus mempelajari beberapa keterampilan baru. Dia belajar bermain gitar, mengemudi truk, dan menunggang kuda. semua permainan itu merupakan tantangan yang harus dihadapinya sebagai biarawati di Sumba.
Kisah di Balik Film Yohanna
Yohanna bercerita tentang perjuangan seorang biarawati muda yang terjerat dalam dunia eksploitasi anak di Sumba Timur. Di sana, ia menyaksikan anak-anak yang terpaksa bekerja untuk membantu menghidupi keluarga mereka sejak usia dini, terjebak dalam lingkaran kemiskinan yang sulit terputus.
Film yang disutradarai oleh Razka Robby Ertanto ini pertama kali diputar di ajang Festival Film Internasional Rotterdam 2024 dan kemudian diputar di Indonesia pada Jakarta Film Week 2024. Dibintangi oleh Laura Basuki, Iqua Tahlequa, dan Kirana Grasela, film ini mengungkapkan kenyataan pahit yang sering kali terabaikan di wilayah timur Indonesia.