Hizbullah mendukung upaya mencapai gencatan senjata di Lebanon. Pernyataan ini adalah dukungan pertama kali yang jelas dari kelompok tersebut. Hizbullah tidak lagi mensyaratkan gencatan senjata untuk menghentikan perang di Gaza.
Wakil Sekretaris Jenderal Naim Qassem menyatakan, “Kami mendukung upaya politik yang dipimpin oleh Ketua Parlemen Nabih Berri.” Ia menekankan bahwa setelah gencatan senjata ditetapkan, semua rincian lainnya akan dibahas. Qassem mengatakan bahwa keputusan akan dibuat secara kolaboratif.
Hizbullah mulai menyerang Israel pada 8 Oktober tahun lalu. Serangan ini merupakan bentuk solidaritas dengan Hamas, yang menyerang Israel dari Gaza. Sebelumnya, Hizbullah menyatakan akan menghentikan serangan setelah gencatan senjata dengan Hamas tercapai. Namun, Israel mendesak Hizbullah untuk memisahkan konfliknya dengan Hamas.
Dalam pidato memperingati satu tahun keterlibatan Hizbullah dalam perang ini, Qassem tidak menyebutkan syarat gencatan senjata Gaza. Ini adalah pidato kedua Qassem setelah Israel membunuh pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah, bulan lalu. Sejak itu, Israel melakukan serangan darat terbatas di Lebanon selatan.
Nabih Berri, pemimpin partai Syiah Amal, berperan kunci dalam negosiasi gencatan senjata. Menteri Luar Negeri Lebanon, Abdallah Bou Habib, mengungkapkan bahwa Nasrallah setuju dengan gencatan senjata sementara yang diminta oleh AS dan Prancis. Namun, setelah pernyataan itu, Nasrallah dibunuh oleh Israel.
Pejabat AS mengatakan bahwa pemerintahan Biden tidak berusaha menghidupkan kembali kesepakatan tersebut. Sebaliknya, mereka ingin membatasi operasi Israel di Lebanon dan Iran. Duta besar Israel untuk Inggris, Tzipi Hotovely, menolak klaim Bou Habib, menyebutnya “konyol.”
Di Beirut, asap mengepul setelah serangan Hizbullah dan Israel berlangsung. Dalam pesan video, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengklaim telah “melenyapkan” Hashem Safieddine, penerus Nasrallah. Ia juga mendesak rakyat Lebanon untuk melawan Hizbullah.
Netanyahu memperingatkan rakyat Lebanon tentang dampak perang Hizbullah. Menurutnya, semua masyarakat, baik Kristen, Druze, maupun Muslim, menderita karena konflik ini. Ia menyerukan agar Lebanon diselamatkan dari kehancuran dan penderitaan.
Perang ini telah mengakibatkan lebih dari 1.400 kematian di Lebanon. Lebih dari 1,2 juta orang mengungsi sejak konflik meningkat. Meski menyetujui perundingan gencatan senjata, Qassem tetap menegaskan kesiapan Hizbullah untuk melanjutkan pertempuran.
Jika musuh melanjutkan perang, Qassem menekankan bahwa medan perang akan menentukan hasilnya. Sementara itu, Hizbullah meluncurkan roket ke Israel, termasuk Haifa dan Kiryat. Roket-roket itu merupakan salah satu yang terbesar sejak perang dimulai, meski sebagian besar berhasil dicegat.