Viral di media sosial, seorang pekerja perusahaan menceritakan pengalamannya dengan siswa magang. Pengalaman ini dibagikan oleh akun @Anas Baihaqi. Ia terkejut saat mengetahui bahwa siswa magang dari Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) jurusan Administrasi Perkantoran tidak bisa berhitung.
Awalnya, Anas ingin mengajari mereka hitungan sederhana menggunakan Microsoft Excel. Namun, ketika diuji dengan soal dasar, mereka tidak mampu menjawab. Misalnya, saat ditanya 6 + 8, mereka menjawab 12. Bahkan, saat diminta menghitung rata-rata dari 6 dan 8, mereka tidak tahu jawabannya dan mengaku tidak suka matematika.
Kondisi ini semakin memprihatinkan saat Anas meminta mereka menyebutkan angka 101.500. Mereka menjawab dengan terbata-bata. Niat Anas untuk mengajarkan rumus Excel malah harus beralih ke pengajaran matematika tingkat dasar. Selain itu, ketika diberi tugas membuat presentasi dengan PowerPoint, mereka diminta mencari bahan di Google.
Sayangnya, hingga batas waktu pengumpulan tugas, tidak ada satu pun siswa yang menyelesaikan tugas tersebut. Alih-alih menyusun presentasi, mereka hanya mencari informasi di Google, menyalin, lalu mengetiknya di PowerPoint. Mereka tampaknya tidak memahami fungsi dari copy-paste. Ironisnya, meskipun mereka memiliki smartphone dengan akses internet 24 jam, mereka tidak memanfaatkannya dengan baik.
Lebih memprihatinkan lagi, etika mereka pun sangat buruk. Siswa sering terlihat menaikkan kaki di atas meja, berjoget TikTok, tertawa keras, dan bahkan tidur di lantai ruang kerja. Hal ini menunjukkan bahwa masalah pendidikan tidak hanya terletak pada kemampuan akademik. Kondisi ini memperlihatkan bahwa anak-anak sekarang tidak hanya kurang dalam pelajaran, tetapi juga dalam tata krama.
Pendidikan kita saat ini menghadapi tantangan besar. Diperlukan upaya bersama untuk meningkatkan kemampuan dan etika siswa. Semua ini menjadi perhatian serius bagi dunia pendidikan agar lebih baik ke depannya.