Pemerintah Perlu Tingkatkan Pendapatan Masyarakat untuk Atasi Deflasi

Pict by Instagram

Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, menyarankan pemerintah agar mendorong pendapatan masyarakat guna menghadapi tren deflasi yang telah terjadi selama lima bulan berturut-turut. Ia menekankan pentingnya peningkatan belanja pemerintah untuk menghasilkan efek berganda (multiplier effect) pada perekonomian dan pendapatan masyarakat.

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia mencatat deflasi sebesar 0,12 persen secara month-to-month (mtm) pada September 2024. Deflasi ini merupakan kelanjutan dari tren yang dimulai sejak Mei 2024. Penyesuaian harga pangan dan suplai berperan penting dalam tren ini, terutama komponen harga bergejolak (volatile food).

BPS menggunakan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebagai acuan dalam mengukur deflasi. Angka deflasi yang dilaporkan tidak serta merta mencerminkan penurunan daya beli masyarakat. Josua juga menegaskan bahwa tren deflasi lima bulan berturut-turut tidak dapat langsung disimpulkan sebagai tanda penurunan daya beli masyarakat.

Namun, ketika mempertimbangkan data lain, ada indikasi penurunan daya beli, khususnya di kalangan kelas menengah. Salah satu indikatornya adalah peningkatan pemutusan hubungan kerja (PHK) sejak 2022 hingga Agustus 2024. Selain itu, tren penurunan rasio pendapatan disposibel terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional dalam 10 tahun terakhir semakin memperkuat indikasi tersebut.

Oleh karena itu, diperlukan kebijakan yang mendukung daya beli masyarakat, terutama melalui peningkatan pendapatan. Pemerintah juga harus menjaga stabilitas harga, baik pada komponen harga bergejolak maupun harga yang diatur oleh pemerintah. Hal ini penting agar pendapatan riil masyarakat tidak semakin tertekan.

Pada September 2024, komponen harga bergejolak mengalami deflasi sebesar 1,34 persen, dengan andil 0,21 persen terhadap inflasi umum. Beberapa komoditas yang berperan dalam deflasi ini antara lain cabai merah dan cabai rawit, masing-masing sebesar 0,09 persen dan 0,08 persen. Komoditas lain seperti telur ayam ras, daging ayam ras, tomat, dan kentang juga turut menyumbang deflasi.

Sementara itu, komponen harga yang diatur pemerintah mengalami deflasi 0,04 persen, dengan kontribusi 0,01 persen terhadap inflasi umum. Penurunan harga BBM jenis Pertamax, Pertamax Turbo, dan Dexlite sejak 1 September 2024 menjadi faktor utama yang memengaruhi deflasi pada komponen ini.

Di sisi lain, komponen inti mengalami inflasi sebesar 0,16 persen dengan kontribusi 0,10 persen terhadap inflasi umum. Beberapa komoditas yang berperan dalam inflasi ini adalah kopi bubuk dan biaya pendidikan tinggi.

Populer video

Berita lainnya