Memahami Monokultur dan Polikultur, Apa Perbedannya? Yuk Simak di Sini

ilustrasi by pexels/pertanian

Pernah enggak sih kamu mikirin dari mana asal sayuran dan buah-buahan yang kamu makan setiap hari? Pasti dari pertanian, dong! Tapi, tahukah kamu kalau ada dua cara utama dalam bertani, yaitu monokultur dan polikultur? Jadi, sistem pertanian itu kayak resep masakan, deh. Ada yang pakai satu bahan utama aja (monokultur), tapi ada juga yang pakai banyak bahan yang dipadukan (polikultur).

Nah, kedua cara ini punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Dua sistem pertanian ini punya cara kerja yang berbeda dan punya dampak yang berbeda pula terhadap lingkungan. Penasaran kan? Yuk, kita bahas lebih lanjut!

Monokultur: Satu Jenis Tanaman, Satu Lahan

Monokultur itu kayak kamu punya kebun yang isinya cuma satu jenis tanaman aja, misalnya jagung semua atau padi semua. Sistem ini sering banget digunakan di pertanian modern karena lebih efisien dan mudah dikelola. Dengan menanam satu jenis tanaman dalam jumlah banyak, petani bisa mendapatkan hasil panen yang lebih banyak dan lebih mudah untuk diproses.

Kelebihan Monokultur:

  • Produksi tinggi: Cocok untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam jumlah besar.
  • Mudah dikelola: Penggunaan pupuk dan pestisida lebih efisien.
  • Mekanisasi: Bisa menggunakan mesin pertanian dalam skala besar.

Kekurangan Monokultur:

  • Kerentanan hama dan penyakit: Karena tanamannya seragam, hama dan penyakit lebih mudah menyebar.
  • Kemerosotan tanah: Penggunaan pupuk kimia yang berlebihan bisa merusak kesuburan tanah.
  • Hilangnya biodiversitas: Hanya ada satu jenis tanaman, sehingga mengurangi keanekaragaman hayati.

Polikultur: Beragam Tanaman, Satu Lahan

Kalau polikultur, bayangin aja kamu punya kebun yang isinya banyak banget jenis tanaman, mulai dari sayur, buah, hingga tanaman obat. Sistem ini meniru pola tanam alami di hutan, di mana berbagai macam tanaman hidup berdampingan.

Kelebihan Polikultur:

  • Meningkatkan biodiversitas: Banyak jenis tanaman membuat ekosistem lebih seimbang.
  • Mencegah hama dan penyakit: Tanaman yang beragam membuat hama sulit berkembang biak.
  • Meningkatkan kesuburan tanah: Akar dari berbagai tanaman membantu memperbaiki struktur tanah.
  • Hasil panen yang lebih beragam: Kamu bisa panen berbagai macam hasil pertanian sekaligus.

Kekurangan Polikultur:

  • Produksi per tanaman mungkin lebih rendah: Dibandingkan monokultur.
  • Lebih sulit dikelola: Membutuhkan pengetahuan yang lebih luas tentang berbagai jenis tanaman.

Mana yang Lebih Baik?

Sebenarnya, tidak ada sistem pertanian yang sempurna. Baik monokultur maupun polikultur punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Pilihan sistem pertanian yang tepat tergantung pada berbagai faktor, seperti jenis tanaman, kondisi tanah, iklim, dan tujuan pertanian itu sendiri.

Menurut para ahli pertanian, sistem polikultur lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan dibandingkan monokultur. Namun, untuk memenuhi kebutuhan pangan dunia yang terus meningkat, kita tetap membutuhkan sistem produksi yang efisien. Oleh karena itu, penting untuk mencari cara untuk menggabungkan kelebihan dari kedua sistem ini.

Dikutip dari laman FAO (Food and Agriculture Organization), sistem pertanian polikultur dianggap sebagai salah satu solusi untuk mengatasi masalah kelaparan dan kerusakan lingkungan.

Jadi, gimana nih, kamu lebih tertarik sama monokultur atau polikultur? Yang penting, kita semua harus sadar akan pentingnya pertanian berkelanjutan untuk masa depan planet kita. Yuk, mulai dari sekarang kita dukung petani-petani yang menerapkan praktik pertanian yang ramah lingkungan!

Populer video

Berita lainnya