Belakangan ini, seorang peramal asal India, Kushal Kumar, menjadi perbincangan hangat karena prediksi hari kiamat yang ia buat. Tinggal di Sektor 20 Panchkula, Haryana, Kumar sebelumnya meramalkan kiamat akan terjadi pada 29 Juni 2024. Namun, ramalan itu terbukti salah karena pada tanggal tersebut, cuaca hanya didominasi hujan dan sebagian wilayah cerah berawan.
Ramalan Kumar yang meleset ini memicu spekulasi di kalangan netizen. Banyak yang berpendapat bahwa peramal tersebut hanya mengalami halusinasi. Meskipun begitu, diketahui bahwa ramalan Kumar didasarkan pada bagan astrologi Veda, sebuah sistem astrologi yang berasal dari budaya Hindu.
Setelah ramalan awalnya gagal, Kumar tidak menyerah. Ia kembali merevisi prediksinya, kali ini dengan mengundur tanggal kiamat menjadi 10 Agustus 2024. Namun, alih-alih menimbulkan ketakutan, prediksi baru ini justru menjadi bahan lelucon di media sosial.
Banyak akun di media sosial yang menjuluki Kumar sebagai “Nostradamus Baru” karena kebiasaannya meramalkan hal-hal besar seperti kiamat. Namun, reputasinya semakin dipertanyakan setelah prediksi pertama tentang 29 Juni 2024 terbukti salah. Netizen merespons dengan beragam reaksi, namun kebanyakan dari mereka tidak mempercayai ramalan Kumar. Mereka lebih memilih untuk menjadikan prediksinya sebagai bahan candaan di dunia maya.
Fenomena ini menunjukkan betapa skeptisnya masyarakat terhadap ramalan kiamat, terutama ketika ramalan tersebut berkali-kali meleset. Kejadian ini juga menggarisbawahi bagaimana teknologi dan media sosial kini berperan dalam membentuk opini publik, di mana ramalan serius pun bisa berubah menjadi bahan hiburan.
Meskipun Kumar berusaha memperbaiki prediksinya, reaksi netizen tetap tidak berubah. Mereka tetap menjadikan ramalan Kumar sebagai bahan tertawaan, mempertanyakan kredibilitasnya sebagai peramal. Ramalan kiamat yang gagal ini semakin menegaskan bahwa di era digital, prediksi apapun, terutama yang bersifat apokaliptik, akan sulit diterima tanpa bukti yang kuat.