Apakah AI Generatif Membantu atau Merugikan Siswa?

Share on facebook
Share on twitter
Share on telegram
Share on whatsapp
pic by: canva.com

Di era di mana alat dan teknologi digital semakin terintegrasi ke dalam setiap aspek kehidupan kita, AI Generatif tampaknya menjadi perhatian semua orang dalam dunia pendidikan. Para pendukungnya mengklaim bahwa teknologi ini berpotensi mengubah cara siswa belajar secara radikal, menawarkan peluang dan tantangan baru yang belum pernah terjadi sebelumnya. Namun kami juga melihat meningkatnya kekhawatiran seputar kecurangan, plagiarisme, dan penurunan hasil pembelajaran.

Jadi, mana yang benar? Apakah AI generatif membantu atau merugikan siswa? Penelitian baru menyarankan yang terakhir… Mari kita bahas:

  1. Keadaan AI dalam pendidikan

AI Generatif mengacu pada bagian dari teknologi kecerdasan buatan yang mampu menghasilkan konten baru, mulai dari teks tertulis hingga gambar dan seterusnya. Sejak tersedia secara luas dan gratis pada akhir tahun 2022, ini telah menjadi topik perbincangan populer di dunia pendidikan.

Banyak sekolah yang membuat kebijakan AI mereka sendiri (lihat beberapa contoh di sini), dan kami melihat semakin banyak penelitian dan panduan yang dipublikasikan, misalnya dari laporan PISA 2022 atau dari pemerintah Inggris. Lihatlah blog kami, 7 pendekatan untuk menggunakan AI di kelas (dengan petunjuknya) untuk menemukan cara berdasarkan bukti yang dapat Anda gunakan untuk memperkenalkan AI generatif ke kelas Anda.

Di satu sisi, teknologi ini membuka pintu menuju pengalaman pembelajaran yang dapat disesuaikan, materi pembelajaran yang interaktif dan menarik, serta umpan balik instan bagi siswa. Di sisi lain, hal ini dapat menyebabkan siswa menghindari pembelajaran secara mendalam atau bahkan melakukan kecurangan, dimana 35% guru mencurigai adanya penggunaan AI yang tidak sah pada siswanya.

  • Bagaimana pengaruh AI Generatif terhadap siswa?

Kekhawatiran telah dikemukakan mengenai potensi penurunan interaksi manusia, ketergantungan yang berlebihan pada teknologi, dan masalah terkait privasi dan keamanan data. Selain itu, pesatnya perkembangan AI terkadang melampaui kemampuan pendidik dan institusi untuk beradaptasi secara efektif, sehingga berpotensi menyebabkan kesenjangan dalam akses dan kualitas pendidikan.

Sebuah penelitian menarik baru-baru ini menyelidiki penggunaan ChatGPT dan dampaknya pada 494 siswa. Berikut adalah temuan utama dari penelitian ini: Siswa yang melaporkan beban kerja dan tekanan waktu yang tinggi cenderung lebih sering menggunakan ChatGPT. Siswa yang peka terhadap imbalan cenderung tidak menggunakan ChatGPT, kemungkinan karena takut mendapat nilai buruk jika ketahuan. Anehnya, kepekaan terhadap kualitas pekerjaan tidak berhubungan secara signifikan dengan penggunaan ChatGPT.

Studi tersebut juga menunjukkan bahwa penggunaan ChatGPT secara ekstensif dapat menyebabkan hilangnya memori di kalangan siswa.

  • Apa yang harus dilakukan pendidik mengenai hal ini?

Penelitian ini menawarkan gambaran menarik (dan mengkhawatirkan) mengenai hubungan kompleks antara perilaku siswa dan alat AI Generatif seperti ChatGPT. Ada baiknya untuk mempertimbangkan bagaimana anda dapat mendukung siswa anda dalam menghadapi tantangan dan peluang yang ditimbulkan oleh teknologi tersebut, memastikan teknologi tersebut meningkatkan pembelajaran tanpa mengorbankan integritas akademik atau perkembangan kognitif.

Untuk memaksimalkan manfaat AI generatif sekaligus memitigasi potensi bahaya, kita sebagai masyarakat perlu terus mengetahui perkembangan terkini dalam AI, mengevaluasi secara kritis materi yang dihasilkan AI untuk mengetahui keakuratan dan biasnya, serta memupuk lingkungan di mana teknologi saling melengkapi dan bukan menggantikan interaksi manusia. kreativitas.

Pikiran terakhir

AI Generatif mewakili perubahan signifikan dalam lanskap pendidikan. Tapi itu adalah pedang bermata dua. Jika kita tepat sasaran, semoga dapat membantu mengurangi beban kerja guru dan mempercepat pembelajaran siswa. Namun jika kita melakukan kesalahan dan menciptakan budaya jalan pintas yang mana kita lebih menghargai hasil dibandingkan proses, pada akhirnya hal ini dapat menghambat pembelajaran.