Lima siswa SMP yang sempat viral karena mengolok-olok anak Palestina di restoran cepat saji, akhirnya membuat video permintaan maaf. Video ini menyebar luas di media sosial, menunjukkan kelima siswa tersebut menyampaikan penyesalan mereka.
Salah seorang siswi dari SMP 216 Jakarta yang merekam aksi tersebut menyatakan permohonan maafnya dan menegaskan bahwa dirinya tidak berniat menghina pihak tertentu.
“Saya di sini untuk meminta maaf kepada seluruh masyarakat atas tindakan tidak terpuji yang saya lakukan,” katanya dalam video yang beredar pada Rabu (12/6). “Saya benar-benar tidak berniat untuk menghina apalagi melecehkan satu pihak tertentu,” lanjutnya.
Pernyataan serupa juga disampaikan oleh empat teman lainnya yang turut terekam dalam video viral tersebut. Mereka mengolok-olok dengan menyebut tulang dan darah anak Palestina saat makan di restoran cepat saji tersebut.
Salah satu dari mereka, yang diketahui masih kelas 3 SMP, juga mengklaim bahwa mereka tidak bermaksud membuat video tersebut menjadi viral.
“Saya juga benar-benar tidak berniat untuk mendokumentasikan suatu kejadian spontan dan lalu mempostingnya di akun media sosial saya,” ucapnya.
Meski begitu, mereka semua meminta maaf atas tindakan olok-olok yang dilakukan dan berjanji untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama.
“Saya selaku yang memposting video tersebut benar-benar memohon maaf dan saya akan berusaha untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan tidak akan mengulangi kesalahan yang sama,” pungkasnya.
Dalam video yang diunggah oleh salah satu siswi SMP 216 Jakarta itu, tampak empat remaja perempuan lainnya yang beberapa kali menyebut bahwa saus di McDonald’s adalah darah anak Palestina.
Mereka juga berseloroh bahwa daging ayam McDonald’s yang mereka makan adalah daging anak Palestina, disertai dengan nada mengejek. Candaan tersebut kemudian disambut gelak tawa oleh anak-anak tersebut.
Tindakan ini memicu kemarahan dan kekecewaan dari banyak pihak yang melihat video tersebut. Permintaan maaf yang disampaikan oleh kelima remaja ini diharapkan bisa menjadi pelajaran bagi mereka dan remaja lainnya tentang pentingnya menghormati orang lain dan dampak dari tindakan yang dilakukan di media sosial.
Kejadian ini juga menjadi pengingat bagi para orang tua dan pendidik untuk lebih memperhatikan aktivitas anak-anak di dunia maya serta memberikan pemahaman tentang sensitivitas dan dampak dari ucapan atau tindakan yang bisa menyakiti pihak lain. Dengan demikian, kita bisa bersama-sama menciptakan lingkungan yang lebih menghargai dan menghormati sesama.