Sebuah video viral menampilkan Ketua DPRD Garut, Euis Ida Wartiah, yang diduga mengejek guru honorer saat mereka berdemo di kantor DPRD Garut. Dalam video tersebut, Euis yang baru turun dari mobil silver terlihat bergegas masuk ruangan sambil memberikan pernyataan yang kontroversial kepada sejumlah perempuan berpakaian guru.
“Kamu silakan menangis di situ, yang bagus,” ujar Euis dalam bahasa Sunda. Pernyataan ini segera memicu ungkapan kekecewaan dari beberapa orang yang hadir. Salah satu peserta aksi yang terekam duduk di lantai terlihat menangis tersedu-sedu. “Kami baik-baik saja, Bu. Kami cuma minta dari Ibu. Kami nggak minta apa-apa,” kata wanita berbaju biru. Seorang perempuan lainnya menimpali, “Astagfirullah, ya Allah… Nangis yang bagus, katanya.”
Menurut laporan dari detikJabar, peristiwa ini terjadi di sela-sela aksi unjuk rasa di depan kantor DPRD Garut pada Jumat (14/6) sore. Ratusan guru honorer, yang sebagian besar merupakan anggota Forum Aliansi Guru dan Karyawan (Fagar), berdemo menuntut kejelasan terkait pengangkatan status mereka dari honorer menjadi ASN dan PPPK.
Setelah video tersebut menjadi viral dan memicu kontroversi, Euis Ida segera menyampaikan permohonan maafnya. “Atas nama pribadi, saya menyampaikan permohonan maaf atas perkataan yang dirasakan menyinggung para peserta unjuk rasa dari kalangan guru honorer,” ujar Euis kepada wartawan pada Sabtu malam. Euis menjelaskan bahwa dirinya tidak berniat merendahkan para guru honorer, namun situasi unjuk rasa yang memanas pada Jumat sore tersebut membuatnya secara spontan mengeluarkan pernyataan tersebut.
“Kami sangat menghargai aspirasi dan perjuangan kalangan guru-guru honorer untuk menjadi guru PPPK. Kami terus berkonsultasi dan menyampaikan usulan tersebut kepada pemerintah pusat melalui berbagai kesempatan,” jelas Euis.
Dengan adanya kejadian ini, Euis berjanji akan lebih berhati-hati dalam bertindak dan berbicara, terutama saat berhadapan dengan para demonstran yang memperjuangkan hak-hak mereka. Permohonan maaf ini diharapkan bisa meredakan situasi dan mengembalikan fokus pada perjuangan para guru honorer dalam mendapatkan kejelasan status mereka.