Update

Ketahui Mitos tentang Orang Introvert yang Keliru

Celebrithink.com – Introvert merupakan tipe kepribadian yang lebih fokus pada perasaan dan pikiran dari dalam diri. Tipe ini kebalikan dari ekstrovert, yang merasa lebih semangat dan berenergi saat berinteraksi dengan orang lain.

Namun, tidak sedikit yang menyalahartikan orang yang memiliki tipe kepribadian introvert. Sehingga, terjadinya salah paham dan sulit berinteraksi dengan orang yang memiliki kepribadian ini.

Melansir laman Alodokter, berikut ini beberapa mitos seputar kepribadian introvert yang perlu diluruskan.

Orang introvert tidak suka bersosialisasi

Meski lebih suka menyendiri, bukan berarti orang introvert tidak suka bersosialisasi. Orang introvert bisa memiliki hubungan dengan orang lain, dan tetap mampu bersosialisasi secara baik.

Berbeda dengan orang tipe ekstrovert, yang cenderung memiliki lingkup pertemanan yang cukup luas dan bisa dekat dengan siapa saja. Orang introvert biasanya lebih memilih untuk mementingkan kualitas hubungan dan dekat dengan segelintir orang saja.

Jika orang ekstrovert bisa mudah untuk curhat ke semua teman-temannya, orang dengan tipe introvert mungkin memilih untuk mencurahkan segala perhatian dan keluh kesannya hanya pada teman dekatnya yang mereka percayai.

Orang introvert pemalu

Walau terlihat pendiam, tak berarti orang tipe introvert orang yang pemalu dan tidak percaya diri. Banyak orang introvert yang senang berbicara dan berinteraksi dengan orang lain.

Hanya saja, orang introvert lebih memilih untuk mengenal seseorang terlebih dahulu sebelum terlibat dalam banyak percakapan. Ia juga merasa tidak harus berbicara jika memang tidak perlu.

Orang introvert merasa tidak bahagia

Kebahagiaan seseorang tidak bisa diukur dari tipe kepribadiannya semata. Mitos ini tentunya tidak benar. Orang-orang introvert tetap bisa bahagia, asalkan mereka memang merasa nyaman dan bisa menerima diri sendiri.

Orang introvert berisiko mengalami gangguan mental

Mitos lain yang melekat pada orang-orang introvert adalah lebih berisiko mengalami gangguan mental. Hal ini tidak benar. Risiko seseorang menderita gangguan mental tidak bisa dinilai hanya dari jenis kepribadiannya.

Ada banyak faktor yang bisa meningkatkan risiko seseorang untuk mengalami masalah kejiwaan, mulai dari trauma psikologis, tingkat stres, gaya hidup, hingga riwayat gangguan jiwa di keluarga.




Tov

Recent Posts

Ini Alasan Kopi Salted Caramel Cenderung Menjadi Menu Paling Mahal di Coffee Shop

Di antara ragam minuman kopi yang menggoda di coffee shop, kopi salted caramel memiliki tempat…

14 mins ago

Ini Panduan Praktis Membuat Tahu Sendiri dengan Mudah

Siapa yang bisa menolak kenikmatan sepotong tahu yang lembut dan kenyal? Tahu, makanan serbaguna yang…

25 mins ago

Ini Penjelasan Fenomena Aurora yang Sering Terjadi di Negara Tertentu

Fenomena Aurora, juga dikenal sebagai Aurora Borealis di belahan utara dan Aurora Australis di belahan…

32 mins ago

Ini Resep Nugget Tempe yang Wajib Kamu Coba

Siapa bilang nugget harus selalu dari daging? Nugget tempe adalah pilihan yang lezat dan sehat…

55 mins ago

Mau Nyobain Es Semangka India? Ini Dia Deskripsinya

Siapa yang nggak suka es semangka? Tapi, pernah denger belum tentang es semangka ala India?…

1 hour ago

Tips Berwisata ke Singapura, Maksimalkan Pengalaman Liburanmu

Singapura, kota negara yang megah dan futuristik, menyajikan pengalaman liburan yang tak terlupakan bagi para…

1 hour ago